Oleh: Sahib Munawar. S.Pd.I.,M.Pd
(Akademisi)
Berangkat dari diskursus singkat di group whatsapp ” Penulis menyinggung salah satu pemikir IsIam revolusioner iran yang hidup dalam pergumulan politik dengan pemimpin yang tiran dan despotik di Iran oleh Reza Pahlevi yakni Ali Syari’ati seorang Idealog dan Marxis IsIam juga seorang pemberontak.
Ali syari’ati lahir pada 24 November 1933 di desa Mazinan pinggiran kota masyhad, provinsi Khorasan Iran, Ali Syari’ati merupakan salah satu tokoh atau figur ulama dan cendikiawan yang berpengaruh dalam mengerahkan kebangkitan IsIam iran saat itu.
Sebagai tokoh fenomenal dan kontroversial pada dirinya terdapat pribadi yang kompleks, eklektik, bersifat pilihan, emosional dan humanis religius, hal ini memperkuat argumen bahwa pemikiran Ali Syari’ati berdimensi banyak multi facetted ” Sehingga dapat ditafsirkan bermacam -macam.
Banyak parah ahli telah mengagas pemikirannya tentang IsIam dalam berbagai dimensi, namun bebagai tema mengalir dari pemikiran Ali Syari’ati, misalnya filsafat, politik, sosial, sejarah maupun keagamaan terlihat perbedaan dan Kekhazaanya sehingga dapat ditafsirkan bermacam- macam.
Penafsiran pertama terhadap Ali Syari’ati adalah dilihat dari aspek internal, menjelaskan posisi Ali Syari’ati dalam peta pergulatan ideologis IsIam iran kontemporer, Ideologi IsIam menurut Ali Syari’ati harus dapat di fungsionalisasikan sebagai kekuatan revolusoner untuk membebaskan rakyat tertindas.
Tentu saja ideologi yang dimaksudnya itu adalah doktrin syi’ah yang berasal dari Imam Ali bin Abi Thalib, bagi Ali Syari’ati watak dasar syi’ah adalah revolusioner, mampu menggerakkan kemajuan dan melawan ketidakadilan.
Pada perkembangan selanjutnya doktrin syi’ah revolusoner yang demikian melekat dan membekas dalam diri Ali Syari’ati , terintegrasi dengan realitas sosial politik iran yang diwarnai oleh pertarungan ideologis. Dengan demikian bahwa peta perlawanan Ali Syari’ati cendrung bersifat radikal.
Kecenderungan radikalisme Ali Syari’ati telah posisi yang dipilihnya secara sadar dan merupakan refleksi sikap kritisnya. Dalam teori Paulo Freire ” Sikap tersebut muncul sebagai akibat keterlibatan seseorang dalam mengubah suatu realitas sosial tertindas dan pengungkapan ketidakpuasan sosial.
Kedua penafsiran dari aspek eksternal yakni menjelaskan posisi Ali Syari’ati dalam peta perlawanan Intekektual muslim dunia, ketiga dalam melawan hegemoni barat, dalam konteks ini Ali adalah salah satu tokoh IsIam didikan barat, tetapi beliau tetap setia pada paradigma IsIam politik.
Baca Halaman Selanjutnya..
Namun sejatinya Ali Syari’ati tidak apriori dalam melihat barat dan juga tidak tersubordinasi didalamnya. Hal ini terlihat dari salah satu tema Sentral ideologi politik keagamaannya, menurut Ali Syari’ati IsIam harus dapat difungsikan sebagai kekuatan untuk membebaskan rakyat tertindas, baik secara kultural maupun politik.
Dari penafsiran ini, siapapun dia akan selalu menyatakan bahwa Ali Syari’ati akan gagasan mendasar dan radikal, jiwa keras dan memberontak dan sifat revolusoner yang menggerakkan pemahaman seperti ini telah mengental dan nempel pada diri Ali Syari’ati hingga saat ini.
Penulis secara pribadi mengagumi dan terobsesi dengan intelektual revolusoner Ali Syari’ati dengan Mazhab syi’ah sebagai alat perlawanan terhadap segala ketertindasan dimuka bumi.
ketika berkenalan lewat karya dan buku buku Ali Syari’ati, merasa terbakar bagaikan api yang melahap segala kejenuhan, kemalasan dan kejumudan berfikir selama ini.
Gagasannya yang dituangkan dalam buku seperti ” Ali syariati mujahid intelektual ” Dawam Raharjo, Kritik IsIam atas Marxisme dan sesat pikir Barat, Ali syariati panggilan untuk ulil al-Bab, jalaluddin rakhmat, Ali syariati ideologi kaum intelektual, Ali syariati tugas kaum cendikiawan muslim ” Amin Rais, Ali syariati seorang Marxis yang anti Marxisme dan seorang syiah yang Sunni.
Kata pengantar untuk buku Ali syariati Ummah dan Imamah suatu tinjauan sosiologi, Penulis Haider bagir, Manusia dalam perspektif humanisme agama pandangan Ali syariati, ditulis oleh Dawam Raharjo, IsIam dan Mazhab pemikiran dan aksi, sosiologi IsIam dan masyarakat kontemporer.
Ali syariati ideologi revolusi iran penulis John L Esposito, Ali syariati IsIam and modernism The Uranian revolution of, penulis vannesa Martin, Ali syariati biografi politik Intekektual revolusioner ” Penulis” Ali rahnema,Ali syariati guru penceramah dan pemberontak” Penulis Ali rahmena, Menuju pemikiran filsafat, penulis Langeveld, Ali syariati dan Jean Paul Sartre berkenalan dengan ekstensialisme dan nihilisme Frederick William Nietzsche.
Ali syariati melawan hegemoni barat, Manuskrip esai esai Sufistik Ali syariati dan Tuhan, Islam dan pemberontakan atas status quo telah atas pemikiran teologi sosial Ali syariati, Ali syariati sekilas tentang sejarah masa depan, Ali syariati and the Mystical Tradition of IsIam. Penulis abdola vakily, Pemikiran filosofi Ali syariati, Islam agama pemberontak kaum tertindas.
Dari pemikiran Ali Syari’ati yang dituangkan berupa buku menjadi bahan referensi atau istilah penulis sebagai kayu bakar epistemologis revolusioner” Ali Syari’ati sebagai seorang idealog sekaligus sikap emosional serta elektiknya membuat ia mampu dalam tarikan nafas yang sama menyebut Imam Ali, Imam Al Hussein, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fanon, Emile Durkheim, Max Weber dan Karl Marx. Pemikiran Ali Syari’ati tampaknya tidak terlalu sistematis, tidak jarang terlihat bahwa pemikirannya dengan banyak tema penuh kontradiksi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Ali Syari’ati seorang penganut Syi’ah Fanatik yang percaya bahwa Syi’ah revolusioner berbeda dengan seluruh ideologis Radikal lain, tidak akan tunduk kepada hukum besi tentang peragian birokratik. Syari’ati percaya bahwa pada tataran perubahan fundamental, seluruh ideologi dan masyarakat menghadapi masalah kebangkitan, peragian dan keruntuhan.
Pemahaman IsIam yang ditawarkan Ali Syari’ati berbeda dengan pemahaman mainstream saat ini. IsIam hanya dipahami sebatas agama ritual dan ibadah fiqih yang tidak menjangkau persoalan persoalan politik dan sosial kemasyarakatan, IsIam merupakan sekumpulan dogma untuk mengatur beribadah.
Tetapi tidak menyentuh cara yang paling efektif untuk menegakkan keadilan, strategi melawan kezaliman atau petunjuk untuk membela kaum tertindas ( mustadafin), menurutnya IsIam seperti ini sangat menguntungkan pihak penguasa yang berbuat sewenang-wenang dan mengumbar ketidakadilan. Sebab mereka dapat berlindung dibalik dogma dogma yang telah dibuat untuk melindungi kepentingannya.
Syari’ati menganalogikan yang seperti ini sebagai IsIam gaya penguasa, dan IsIam autentik yang dinyatakan Ali Syari’ati adalah IsIam Abu Dzar yang merupakan sahabat sang pencetus pemikiran sosialistik pertama dalam sejarah IsIam.
Abu Dzar menyaksikan peristiwa yang memalukan ini dan tidak bisa menerima hal semacam itu, maka dia tidak bisa diam. Ia pun melawan, suatu perlawanan yang sangat bagus dan jantan. Penulis meminjam kata revolusioner dari Che Guevara ” Jika hati anda gemetar melihat ketidakadilan maka anda adalah kawan saya “.
Suatu perlawanan yang menyebabkan timbulnya perlawanan di semua wilayah IsIam melawan kekuasaan Utsman, merupakan perlawanan dari gelombang gairah IsIam yang tetap dirasakan sampai zaman sekarang di dalam sejarah umat manusia.
Abu Dzar percaya IsIam sebagai tempat perlindungan orang yang membutuhkan pertolongan, si tertindas, orang orang yang terhina, dan Utsman menjadikan IsIam sebagai alat kapitalisme yang berarti benteng untuk memelihara para lintah darat, Orang- orang kaya, dan kaum ningrat.
Ali Syari’ati menjelaskan IsIam yang dimaksud dengan kata Islam-nya Abu Dzar dan bukan Islam-nya khalifah, tapi Islam-nya keadilan dan kepemimpinan yang pantas dan bukan Islam-nya penguasa, aristokrasi dan bukan kelas atas, tapi Islam untuk kebebasan dan kemajuan serta kesadaran.
Islam-nya kaum mujahid, dan bukan Islam-nya kaum ulama. IsIam kebajikan dan tanggung jawab pribadi yang protes, dan bukan Islam yang menekankan disimulasi keagamaan, wasilah ulama dan campur tangan Tuhan dan sejenisnya. IsIam perjuangan untuk keimanan dan pengetahuan ilmiah, bukan Islam-nya orang orang yang menyerah, mudah ter dogmatis, dan imitasi tidak kritis atau taqlid buta kepada ulama “.
Baca Halaman Selanjutnya..
Menurut Ali Syari’ati Islam pembebasan adalah Islam yang diwariskan oleh Imam Al Hussein, pengorbanan dan Kesyahidannya di medan Karbala menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang tertindas untuk memelihara IsIam yang autentik.
Maka Islam-nya yang demikian itu adalah Islam-nya Syi’ah awal, yaitu Islam Syi’ah revolusioner yang menyambungkan Abu Dzar dengan kesederhanaannya, serta Imam Al Hussein dengan Kesyahidannya. Keduanya merupakan simbol instrumen perlawanan terhadap penguasa yang dzalim dan diktator.
Islam Syi’ah revolusioner ini kemudian mengalami penjinakan ditangan kelas atas, penguasa politik dan ulama yang memberikan legitimasi atas ” Islam” Versi penguasa. Menurut Ali Syari’ati ulama yang mengunakan jargon Marxis telah memangkas IsIam dan melembagakan nya sebagai pemenang bagi masa tertindas, sebagai dogma yang kaku, dan teks spiritual yang mati. Akhirnya ulama bergerak dalam kevakuman dan terpisah dari realitas sosial.
Hal ini terlihat dalam rezim Safawiyah, dinasty penguasa memasyarakatkan Syi’isme versi mereka yang sangat berbeda dengan Syi’ah Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Al Hussein. Ali Syari’ati menyebutkan Syi’ah penguasa sebagai Syi’ah hitam dan Syi’ah Imam Ali sebagai Syi’ah Merah. Bagi Ali Syari’ati IsIam sejatinya bersifat revolusioner.
Namun berjalannya waktu Islam berubah menjadi do’a do’a dan ritual yang tidak bermakna dalam kehidupan. Islam-nya hanya sebatas agama yang mengurus orang mati ( mayit), tetapi tidak peduli dengan orang-orang yang berjuang dalam kehidupan ditengah gelombang diskriminasi, eksploitasi dan aneka penindasan dari penguasa yang dzalim.
Agama model seperti ini menurut Ali Syari’ati sangat disukai oleh penguasa untuk menjaga kekuasaannya tetap aman tanpa perlawanan terhadap kediktatoran nya.
Gagasan Ali Syari’ati terhadap IsIam revolusioner itu sejalan dengan gagasan teologi pembebasan yang banyak diusung oleh tokoh-tokoh revolusioner di Amerika Latin maupun Asia, yaitu mereka ingin mendobrak kemapanan Lembaga resmi keagamaan , posisinya berada dalam keadaan tertindas oleh kekuasaan.
Mereka lalu memberontak dan tidak puas dengan seperangkat doktrin yang telah dibuat oleh ulama atau gereja untuk melindungi kepentingan kelas atas dan menindas kelas bawah.
IsIam” revolusioner ” Dan teologi pembebasan berupaya untuk mengakhiri dominasi lembaga resmi agama dan mengembalikan hak penafsiran agama kepada rakyat dan demi kepentingan rakyat bukan penguasa.
Baca Halaman Selanjutnya..
Ali Syari’ati menegaskan bahwa perbedaan IsIam dengan pemahaman umum tentang agama sebagimana yang dikonsepsikan oleh Emile Durkheim dalam bentuk yang tidak ideologis karena menurut Durkheim agama adalah kumpulan warisan nenek moyang dan perasaan perasaan pribadi ” Ia tidak harus merupakan manifestasi dari semangat ideal semangat kemanusiaan sejati.
Jika Islam-nya dirubah dari bentuk madzhab ideologi menjadi sekedar pengetahuan kultural dan sekumpulan pengetahuan agama dan kekuatan untuk melakukan suatu gerakan serta kesadaran sosial maka tidak akan memberikan kontribusi apapun di masyarakat.
Agama dan perubahan sosial memang dua hal yang berbeda akan tetapi saling mempengaruhi , kesadaran beragama tidak dapat dipungkiri tidak hanya sebagai aktivitas ritual ketuhanan saja.
Namun agama juga menjadi rujukan dalam menyelesaikan problem hidup didunia, agama menempatkan diri sebagai lokomotif perubahan dimasyarakat seperti yang dianalisis oleh Max Weber” Tenang agama Protestan ” Dan Robert Bellah tentang agama Tokugawa, dan Ali Syari’ati Agama IsIam.
Bagi Ali Syari’ati islam harus di ekspresikan dalam tindakan, teladan Imam Al Hussein di padang Karbala harus menjadi inspirasi bagi semua umat yang tertindas dan terasingkan didunia ini.
Jika kaum Syi’ah mengikuti teladan Imam Al Hussein dan memimpin semua bangsa didunia dalam kampanye melawan tirani, maka mereka dapat mendorong Imam yang selama ini ghaib dapat hadir kembali. Potret Syari’ati tampak besar, slogannya mewarnai seluruh langit iran ketika itu.
Subsistem Syi’ah merupakan kekuatan pergerak khusus generasi muda untuk melakukan aksi revolusioner. Ali Syari’ati dalam tradisi Marxisme pada aspek konsepsi sejarah, hal yang membedakan dengan Marxisme dalam menerjemahkan cita cita dan strategis dan analisis Marxis untuk menjelaskan perkembangan masyarakat.
Perlawanan dan kritisisme terhadap kemapanan politik dan agama, hampir secara keseluruhan didasarkan pada pendekatan dan analisis Marxis. Bahkan ia menekankan bahwa manusia tidak akan mampu mengerti sejarah dan masyarakat tanpa pengetahuan tentang Marxisme.
Syari’ati membantah anggapan bahwa Karl Marx hanyalah materialis tulen yang memandang manusia sebagai mahluk yang tertarik pada hal hal sifat materi dan bukan hal hal yang ideal dan spiritual. Banyak karya Ali Syari’ati yang dipengaruhi Marxisme terutama dalam hal sejarah sebagai proses dialektika dan masa tertindas dalam kemapanan politik dan agama.
Baca Halaman Selanjutnya..
Akan tetapi disisi lain Ali Syari’ati mengancam Marxisme yang menjelma dalam partai Sosialis dan komunis. Hal semacam itu banyak orang menunding Syari’ati sebagai pemikir dan kritikus paling sistematis atas Marxisme.
Ali Syari’ati adalah sosok intelektual yang pemberani dalam melawan mainstream politik maupun pemikiran IsIam sangat kritis terhadap ketidakadilan dan imperialisme Barat. Syari’ati sangat Radikal dalam implementasi pemikiran pemikiran pembaharuan.
Ia dengan gagasan revolusi berhasil menarik oposisi dikalangan masyarakat iran untuk melakukan perlawanan terhadap rezim diktator yang berkuasa dan gerakan ini berhasil dengan revolusi bersejarah pada tahun 1979.
Progresivitas IsIam adalah peran aktif dalam sejarah kemanusiaan, IsIam bukan agama pasrah yang berpikir tentang kehidupan akhirat dan tidak melibatkan diri dalam sejarah sosial politik manusia.
Model agama seperti ini menjadi kririk dari Karl Marx sang revolusioner yang dituding anti agama. Agama pasrah ini adalah agama candu yang akan melanggengkan bentuk kesewenang-wenangan dan penindasan. Menurut Marx mereka yang tertindas akan dihibur oleh doktrin yang menyatakan bahwa penderitaan adalah sebuah taqdir Tuhan dan pahala mereka adalah surga.
Dalam hal diatas Ali Syari’ati sangat setuju dengan pandangan Marx, khususnya dalam aspek penindasan yang tidak di langgengkan oleh doktrin agama. Jika hal ini yang terjadi maka Ali Syari’ati akan senada dengan Karl Marx bahwa agama adalah candu atau Opium masyarakat yang sengaja di Nina Bobokan.
Ali Syari’ati adalah seorang orator atau pablick speaker”julukan sebagai pemikir muslim Marxis, seorang provokator agar para mahasiswa dan mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi meruntuhkan rezim Muhammad Reza Pahlevi.
Beliau Ali Syari’ati telah menunding syah Pahlevi sebagai penindas rakyat sehingga diperlukan seorang pemimpin dan juru selamat seperti Imam Ali bin Abi ThalibThalib untuk membebaskan rakyatnya dengan pedang Zulfikarnya dan sekali lagi menegakkan sistem yang adil berdasarkan persatuan dan Mazhab berpikir IsIam Sejati.
Ali Syari’ati juga mengecam 5000 tahun ketidakadilan, penindasan dan diskriminasi kelas semasa pemerintahan monarki rezim Reza syah Pahlevi. Pemerintahan Monarki dan kediktatoran seorang pengusaha tidak hanya terjadi di Negara iran dimana Ali Syari’ati hidup, tapi di negara-negara besar didunia.
Baca Halaman Selanjutnya..
Seperti di negara Libya ketika dipimpin oleh Presiden Moammar Khadafi selama 42 Tahun, presiden Yaman, Ali abdula Sale memimpin selama 34 tahun, di Indonesia seperti soekarno dan soeharto 32 tahun, Soesilo bambang yudiyono ( SBY) 10 tahun, Jokowi widodo 10 tahun sekarang.
Dalam konsep kekuasaan rakyat (demokrasi), pembatasan lama berkuasa merupakan pilihan paling ideal. Maksudnya agar kekuasaan pemerintahan itu tidak terperangkap dalam kediktatoran atau fasis. Kekuasaan yang terlalu lama tentu saja berdampak buruk terhadap peradaban.
Kekuasaan yang ideal hendaklah didapatkan melalui mekanisme demokrasi yang menempatkan teraju kekuasaan tersebut berada di tangan rakyat. Pantaslah adagium demokrasi itu berbunyi : suara rakyat, suara Tuhan.
Ditengah tengah kekuasaan yang bersifat kediktatoran menimbulkan keresahan dan kebencian dari kalangan masyarakat, aktivis, buru, mahasiswa dan kaum cendikiawan menyuarakan kritik sebagai bentuk protes dan aksi dan bahkan pyppel power ( meruntuhkan tembok kekuasaan).
Seperti di era soeharto para aktivis mahasiswa mengepung gedung MPR dan meminta agar presiden soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden, banyak aktivis dan mahasiswa korban pada pristiwa 98, dan hal ini berlanjut ketika sampai di masa SBY, bahan bakar minyak BBM harga melonjak naik, para aktivis dan mahasiswa melakukan aksi agar menurunkan harga BBM.
Sampai di era presiden jokowidodo dua periode berbagai macam persoalan yang terjadi di bangsa ini tidak akan pernah selesai mulai masalah ekonomi,sosial, kemiskinan, penggusuran, pengangguran,pendidikan, politik dll. Semuanya itu tidak akan pernah selesai selama di pimpin oleh pemimpin yang berjiwa kediktatoran.
Terakhir saya menutup tulisan ini dengan sebuah kutipan dari seorang filsuf besar di abad 18 pada zaman Aufklarung, dikenal abad pencerahan yakni Jacques Rosseu 1712/ 1778, yang ketertarikannya pada seni, ketika tubuhnya semakin lemah dan sakit sakitan, ia merasa hidupnya sangat gelap dan tidak indah, maka untuk memberikan makna pada sisa umurnya.
Ia melibatkan diri dalam nilai-nilai keindahan seni, mulailah ia membaca, berpikir, dan menulis. Akhirnya ia merasa sebagai seorang yang Homo Humanus, yakin seorang yang mempunyai jiwa halus, manusiawi dan berbudaya. Sebuah slogannya” Sapere Aude ” Hendaklah anda berpikir sendiri “.(*)
Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Senin, 02 September 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2024/08/senin-02-september-2024.html