Diskursus Paham Syi’ah dan Marxisme Ali Syari’ati sebagai Instrumen Perlawanan terhadap Rezim Otoriter

Menurut Ali Syari'ati Islam pembebasan adalah Islam yang diwariskan oleh Imam Al Hussein, pengorbanan dan Kesyahidannya di medan Karbala menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang tertindas untuk memelihara IsIam yang autentik.

Maka Islam-nya yang demikian itu adalah Islam-nya Syi'ah awal, yaitu Islam Syi'ah revolusioner yang menyambungkan Abu Dzar dengan kesederhanaannya, serta Imam Al Hussein dengan Kesyahidannya. Keduanya merupakan simbol instrumen perlawanan terhadap penguasa yang dzalim dan diktator.

Islam Syi'ah revolusioner ini kemudian mengalami penjinakan ditangan kelas atas, penguasa politik dan ulama yang memberikan legitimasi atas " Islam" Versi penguasa. Menurut Ali Syari'ati ulama yang mengunakan jargon Marxis telah memangkas IsIam dan melembagakan nya sebagai pemenang bagi masa tertindas, sebagai dogma yang kaku, dan teks spiritual yang mati. Akhirnya ulama bergerak dalam kevakuman dan terpisah dari realitas sosial.

Hal ini terlihat dalam rezim Safawiyah, dinasty penguasa memasyarakatkan Syi'isme versi mereka yang sangat berbeda dengan Syi'ah Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Al Hussein. Ali Syari'ati menyebutkan Syi'ah penguasa sebagai Syi'ah hitam dan Syi'ah Imam Ali sebagai Syi'ah Merah. Bagi Ali Syari'ati IsIam sejatinya bersifat revolusioner.

Namun berjalannya waktu Islam berubah menjadi do'a do'a dan ritual yang tidak bermakna dalam kehidupan. Islam-nya hanya sebatas agama yang mengurus orang mati ( mayit), tetapi tidak peduli dengan orang-orang yang berjuang dalam kehidupan ditengah gelombang diskriminasi, eksploitasi dan aneka penindasan dari penguasa yang dzalim.

Agama model seperti ini menurut Ali Syari'ati sangat disukai oleh penguasa untuk menjaga kekuasaannya tetap aman tanpa perlawanan terhadap kediktatoran nya.

Gagasan Ali Syari'ati terhadap IsIam revolusioner itu sejalan dengan gagasan teologi pembebasan yang banyak diusung oleh tokoh-tokoh revolusioner di Amerika Latin maupun Asia, yaitu mereka ingin mendobrak kemapanan Lembaga resmi keagamaan , posisinya berada dalam keadaan tertindas oleh kekuasaan.

Mereka lalu memberontak dan tidak puas dengan seperangkat doktrin yang telah dibuat oleh ulama atau gereja untuk melindungi kepentingan kelas atas dan menindas kelas bawah.

IsIam" revolusioner "  Dan teologi pembebasan berupaya untuk mengakhiri dominasi lembaga resmi agama dan mengembalikan hak penafsiran agama kepada rakyat dan demi kepentingan rakyat bukan penguasa.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...