Diskursus Paham Syi’ah dan Marxisme Ali Syari’ati sebagai Instrumen Perlawanan terhadap Rezim Otoriter

Ali Syari'ati seorang penganut Syi'ah Fanatik yang percaya bahwa Syi'ah revolusioner berbeda dengan seluruh ideologis Radikal lain, tidak akan tunduk kepada hukum besi tentang peragian birokratik. Syari'ati percaya bahwa pada tataran perubahan fundamental, seluruh ideologi dan masyarakat menghadapi masalah kebangkitan, peragian dan keruntuhan.

Pemahaman IsIam yang ditawarkan Ali Syari'ati berbeda dengan pemahaman mainstream saat ini. IsIam hanya dipahami sebatas agama ritual dan ibadah fiqih yang tidak menjangkau persoalan persoalan politik dan sosial kemasyarakatan, IsIam merupakan sekumpulan dogma untuk mengatur beribadah.

Tetapi tidak menyentuh cara yang paling efektif untuk menegakkan keadilan, strategi melawan kezaliman atau petunjuk untuk membela kaum tertindas ( mustadafin), menurutnya IsIam seperti ini sangat menguntungkan pihak penguasa yang berbuat sewenang-wenang dan mengumbar ketidakadilan. Sebab mereka dapat berlindung dibalik dogma dogma yang telah dibuat untuk melindungi kepentingannya.

Syari'ati menganalogikan yang seperti ini sebagai IsIam gaya penguasa, dan IsIam autentik yang dinyatakan Ali Syari'ati adalah IsIam Abu Dzar yang merupakan sahabat sang pencetus pemikiran sosialistik pertama dalam sejarah IsIam.

Abu Dzar menyaksikan peristiwa yang memalukan ini dan tidak bisa menerima hal semacam itu, maka dia tidak bisa diam. Ia pun melawan, suatu perlawanan yang sangat bagus dan jantan. Penulis meminjam kata revolusioner dari Che Guevara " Jika hati anda gemetar melihat ketidakadilan maka anda adalah kawan saya ".

Suatu perlawanan yang menyebabkan timbulnya perlawanan di semua wilayah IsIam melawan kekuasaan Utsman, merupakan perlawanan dari gelombang gairah IsIam yang tetap dirasakan sampai zaman sekarang di dalam sejarah umat manusia.

Abu Dzar percaya IsIam sebagai tempat perlindungan orang yang membutuhkan pertolongan, si tertindas, orang orang yang terhina, dan Utsman menjadikan IsIam sebagai alat kapitalisme yang berarti benteng untuk memelihara para lintah darat, Orang- orang kaya, dan kaum ningrat.

Ali Syari'ati menjelaskan IsIam yang dimaksud dengan kata Islam-nya Abu Dzar dan bukan Islam-nya khalifah, tapi Islam-nya keadilan dan kepemimpinan yang pantas dan bukan Islam-nya penguasa, aristokrasi dan bukan kelas atas, tapi Islam untuk kebebasan dan kemajuan serta kesadaran.

Islam-nya kaum mujahid, dan bukan Islam-nya kaum ulama. IsIam kebajikan dan tanggung jawab pribadi yang protes, dan bukan Islam yang menekankan disimulasi keagamaan, wasilah ulama dan campur tangan Tuhan dan sejenisnya. IsIam perjuangan untuk keimanan dan pengetahuan ilmiah, bukan Islam-nya orang orang yang menyerah, mudah ter dogmatis, dan imitasi tidak kritis atau taqlid buta kepada ulama ".

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...