Seirama: Politik, Bisnis, dan Korupsi

Untuk mendapatkan form B.1KWK, para bakal calon tentu harus berada di Jakarta—mengatur strategi dan bermonuver untuk menyakinkan partai politik agar mendapatkan restu mengunakan partai tersebut. Jalan panjang untuk mendapatkan partai politik, tentu berdampak pada ongkos politik.

Erosi Kepercayaan
Saya punya keyakinan tidak semua partai politik berfungsi sebagai mesin bisnis yang menyebabkan meningkatnya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Meskipun begitu ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kepentingan bisnis memainkan peran penting dalam politik dan menyebabkan korupsi.

Skandal korupsi yang melibatkan politisi dan partai politik sering kali merusak kepercayaan publik. Ketika publik merasa bahwa partai politik lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok daripada kepentingan rakyat, kepercayaan pun menurun.

Saat ini, rakyat sudah mulai jenuh, kehilangan kepercayaan pada sistem politik, karena peran partai politik berpotensi untuk kepentingan bisnis dan bukan untuk kepentingan rakyat.

Partai politik dianggap tidak mendengarkan atau mengabaikan aspirasi rakyat, karena partai politik yang berkuasa tidak dapat memenuhi janji kampanye mereka atau gagal dalam mengelola pemerintahan dengan baik.

Erosi kepercayaan rakyat kepada partai politik semakin besar. Maka, praktik meninang dan memberikan mahar politik harus dihentikan, karena ongkosnya mahal. Politik tanpa mahar yang pernah menjadi jargon salah satu partai politik, harusnya dibangkitkan kembali.

Namun, tidak bisa hanya satu partai yang terlibat, namun semua partai politik. Silahkan berpolitik dan berbisnis namun untuk kepentingan rakyat, karena gaji para pejabat bersumber dari rakyat. (*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Rabu, 7 Agustus 2024.

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...