Tambang Datang, Cita Rasa Biakole Tak Lagi Sama

Kerang Kepah (biakole)

“Sudah terlalu miris investasi pertambangan, jelas-jelas merusak daya dukung dan daya tampung. Kalaupun dilakukan mitigasi tidak akan menurunkan dampak upaya pemulihan, sehingga tidak ada solusi yang bisa dilakukan kecuali penghentian perizinan saat ini dan melakukan penindakan terhadap investasi-investasi yang mengakibatkan kehancuran ekologi di Halteng,”tutupnya.

Tercemarnya Sungai Kobe

Beberapa tahun yang lalu ada media yang mengupas soal efek pertambangan di Sungai Kobe.

Media Halmaherapost.com edisi Februari 2020, memberitakan informasi warga terkait aktivitas penambangan  yang diduga dilakukan di pegunungan yang tidak jauh dari Sungai Kobe. Akibatnya, hujan deras yang terjadi pada Senin (3/2/2020) membuat limbah nikel meluap ke Sungai Kobe.

Wawancara Halmaherapost.com kepada Sekretaris Komisi III DPRD Halmahera Tengah, Munadi Kilkoda pada Kamis (6/2/2020), mengatakan sedimentasi dicurigai akibat dari penambangan yang terjadi di bagian hulu.

“Masih perlu dicek di lapangan karena kejadian ini terjadi sudah berulang kali dan selalu saja jika terjadi hujan maka resikonya warga yang tinggal di bantaran sungai kobe seperti Lukulamo menerima resiko buruk,”katanya.

Selanjutnya, mengutip dari Kalesang.id edisi September 2023, hasil wawancara dengan Anggota Forum Koordinasi Daerah Aliran Sungai Maloku Kie Raha, Muh. Arba’in menyebutkan adanya pembongkaran lahan di daerah hutan di Halteng menganggu siklus air yang sebelumnya terjaga. Ketika terjadi hujan, air yang jatuh tidak lagi terserap ke tanah justru meluap menjadi banjir.

“Air permukaan juga ikut tercemar karena limbah tambang yang mengendap dan mengeruhkan air sungai. Jadi tidak ada istilah tambang tidak mempengaruhi pada pencemaran,”cetusnya. (uty)

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...