Sepasang Jiwa Garis Melengkung

Kenapa kamu ketawa kecil-kecil gitu. Kamu ngeledekin aku yaaa. Tanggapi aji agak kesal
Yaaa, abis Ngurusin hidup sendiri ajah susah apalagi mau urusin hidup orang lain sudah begitu suka lawan-lawan kebijakan pemerintah lagi. Tutur nona dalam membantah jejak perjalananya Aji.
Angin malam sepoi-sepoi nona memberi reaksi menggigil kedinginan. Aji berempati, baru saja membuka kamejanya untuk membungkus tubuh perempuan berparas jelita itu ehhhh, Hendpone Aji keburu berdering.
Treng...treng...treng... Raut wajah aji agak laing, dinding dadanya berdetak panik, Pikiran bersebar takruang.
Angkat saja Ji, seketika Nona memberi pengertian. Aku juga paham ko, dia layak diperjuangkan...
Aji menatap mantan pacarnya itu dalam-dalam. Tangan bergenggam Hendpone itu terasa berat minta ampun baginya. Meski begitu ia tetap menjawab telpon dari Rati, pacar seriusnya.
Assalamuallaikum Ji sekarang kamu lagi di mana.? Belum lagi menjawab pertanyaan, Rati langsung meminta agar Aji menjemputnya untuk diantarkan ke pasar...
Sedangkan Nona hanya terdiam, dan langsung pamit pulang. Lanjutin nelpon sama pacarmu itu ya, Aku pulang dulu soalnya mau selesain pekerjaan kantor. Sambil melangkah pulang sepertinya kenagngan lima tahun lalu telah runtuh seutuhnya dan tidak lagi bisa untuk diramu kembali. Suasana dalam hati Nona. (*)
Komentar