Rekonstruksi Jejak Peradaban IsIam Kampung Tua pulau Ambatu Wilayah Kesultanan Bacan

Ketiga saudara laki-laki lainya diarahkan untuk mendiami negeri lain guna menjalankan misi yang sama, yaitu menyiarkan Islam secara mandiri dan terpusat pada negerinya masing-masing dengan mengunakan perahu sampang dan persinggahan di pulau pulau wilayah Bacan seperti kasiruta, Mandioli dan juga Pulau Ambatu.
Berangkat dari latar belakang di atas menjadi kegelisahan saya untuk menulis rekam jejak Kampung Tua Ambatu yang menurut riwayat dari sejarah lisan bahwa asal usul nama Ambatu di ambil dari Ambil batu.Ambati tempat yang di berkati, tempat bertepi para penyiar Ajaran IsIam,tempat ini menurut riwayat dari sejarah lisan bahwa ada batu hitam yang memiliki nilai mistik yang pernah ada waktu itu.
Dan mesjid serta sumur tua yang dulu sampai sekarang tak pernah terasa asin walaupun berdekatan dengan pesisir pantai tapi airnya terasa tawar ketika diminum oleh warga masyarakat ambatu dan orang orang yang mengunjungi tempat ini. Tempat ini pernah di kunjungi oleh Guru Tua Sayyid Habib Idrus bin Salim Al Jufri Rahimahullah pendiri Al Khairat beliau mengambil air wudhu di sumur tua dan melaksanakan shalat di mesjid ambatu pada puluhan tahun silam.
Mesjid adalah penanda Arkeologi yang paling dominan dan urgen dalam melihat perkembangan IsIam dipulau ambatu menunjukkan ciri khas utama sebuah situs peradaban IsIam sebagaimana dalam tradisi IsIam sejak Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah atau Yatsrib senantiasa didahulukan dengan membangun mesjid yang dianggap sebagai pusat kegiatan dalam aspek kehidupan umat.
Dengan demikian mesjid adalah simbolik utama keberagaman umat IsIam dan menjadi pusat orientasi serta sumber utama memperoleh kebajikan dan pengetahuan menjadi bagian inspirasi manusia untuk memperoleh kemuliaan sekaligus tempat mensucikan diri. ambatu terdapat empat buah tiang di tengah ruangan, tiang alif , beduk dan mimbar.
Tipologi mesjid yang berdiri seperti tipologi mesjid di Aceh, tipologi mesjid Surau di Jawa,tipologi mesjid Kesultanan di Ternate dan bacan sebab dalam sejarah lokal pulau ambatu tidak terlepas dari pusat kekuasaan IsIam Ternate dan Bacan. Dari segi geografis pulau ambatu merupakan pulau kecil berbentuk bulat wilayah pemukiman komunitas IsIam dengan menggunakan bahasa daerah Ternate dan budaya yang beragam menciri khaskan kearifan lokal di wilayah Kesultanan Bacan.
Satu tradisi IsIam yang tumbuh di tengah masyarakat pulau ambatu adalah tradisi ramadhan yakni penentuan 1 syawal Ramadhan yang dipusatkan di pulau ambatu wilyah Kesultanan bacan, dimana yang bertugas sebagai Jogugu atau bobato akhirat yaitu pak Imam masjid dan pembantu imam/ Amir modim untuk melakukan hilal penentuan 1 syawal Ramadhan dan ini sangat berhubungan dengan Joguguh kesulitan Bacan yakni bobato akhirat.
Setelah memastikan penentuan 1 syawal Ramadhan mereka pergi mengunakan perahu menuju ke Labuha untuk melaporkan bahwa" hilal sudah terlihat.Tradisi ini seperti halnya di daerah Ternate, Tidore dan Jailolo yang dikenal dengan tradisi Gusungi yang jauh sebelumnya sudah digunakan sebagai penentu awal Ramadhan tapi tradisi ini tidak lagi dilaksanakan dengan alasan "karena tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.
Seperti yang sekarang digunakan dengan alat teropong untuk melihat hilal.Kepercayaan masyarakat pulau ambatu dalam konteks religi, unsur relegi kebudayaan manusia tidak terlepaskan dengan religius emotion atau emosi keagamaan, emosi yang dimaksud adalah perasaan yang ada dalam diri manusia yang mendorongnya dalam melakukan tindakan tindakan yang sifatnya religius.
Emosi yang memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral dan profan dalam kehidupan manusia, relegi manusia juga berkembang dari bentuk yang sederhana ke hal yang kompleks, seperti kepercayaan pada hal hal yang gaib, benda yang di kramat kan, roh roh halus dan lain - lain.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar