Biaya UKT Mahal, Mahasiswa Malas Kuliah, dan Nestapa Orang Tua

Kesadaran mahasiswa saat ini merupakan kesadaran momentuman. Mahasiswa akan sadar apabila ada insiden yang dianggap merugikan. Contoh paling aktual adalah respon atas kenaikan biaya kuliah. Sementara biaya UKT meningkat, mahasiswa baru dapat sadar dan memprotes janggalnya polemik ini. Hal ini sebagai indikasi kesadaran yang momentuman oleh mahasiswa.
Adapun mahasiswa saat ini sok sibuk mengurusi kepentingan banyak orang, sementara secara individu terdapat banyak mata kuliah yang eror atau tidak lulus. Mahasiswa jenis ini merupakan mahasiswa yang tidak sekalipun mengintrospeksi diri, tidak evaluatif, tidak pernah berpikir nasib orang tua yang senantiasa menghidupinya.
Mahasiswa sok sibuk, sok peduli, sok perhatian pada kepentingan banyak orang ini terkadang adalah yang tidak berkualitas. Kepeduliannya atas kondisi universal hanya sekadar untuk mendapatkan pengakuan orang banyak, padahal otaknya kosong, bicaranya seringkali ngawur, tidak jelas apabila berdiskusi.
Fenomena yang menjadi sorotan publik hari ini, tentang kenaikan biaya kuliah, bagi mahasiswa sekarang, seperti ajang untuk memamerkan kepiawaiannya sebagai mahasiswa, yang kritis, responsif, dan sadar akan ketimpangan yang terjadi. Mereka berkamuflase menjadi seorang aktor untuk melawan tirani. Tanpa menyadari, mereka melanggar syarat dan tuntutan orang tua yang menghendaki agar secepatnya beres kuliah.
Mahasiswa yang sudah diberi kesempatan kuliah tapi tidak kuliah selayaknya penghianat. Mereka mengkhianati orang tua sendiri. Label mahasiswa yang melekat pada diri mereka dianggap sebagai bukan sesuatu beban. Status mahasiswa yang diemban dijadikan seperti strata pergaulan. Gengsi dan hedonis, bikin susah orang tua.(*)
Opini ini suda terbit dikoran Malut Post edisi, Kamis 30 Mei 2024.
Komentar