Mereka Dalam Cengkeraman Eksploitasi

Dalam aspek kesejarahan Maluku Utara memiliki 19 bahasa dan 24 suku yang beredar di setiap sudut daerah, yang mengatasnamakan Maluku Utara. Walaupun dalam bahasa maupun suku selalu terdapat perbedaan tetapi pada konteks kepedulian mereka mempunyai persepsi yang sama. Pada tingkat kesadaran masyarakat belum terlaluh memahami betul bagaimana dengan tercemarnya pepohonan, sungai-sungai, tumbuhan, pantai, dan komoditas unggulan lainnya.
Padahal hal seperti itu yang dapat menghidupi mereka tanpa adanya pertambangan, harusnya diperhatikan ialah alam di sekitar mereka yang lama-kelamaan akan tergusur habis dan berdampak buruk bagi mereka. Perampasan ini akan berjalan selamanya jikalau negara tidak Kembali pada tujuan serta dasar (falsafa) bangsa itu sendiri, kelalaian negara saat ini lebih mengutamakan infrastruktur pembangunan terpusat.
Kontribusi maluku utara bisa dibilang sangatlah besar, hasil dari eksploitasi sumber daya alam. Yang memjadi permasalahan bahwa ekploitasi ini bersamaan dengan negara-negara asing lewat usaha pertambangan mereka yang diberi izin langsung oleh pemerintah negara Indonesia. Sementara keberagaman ada pada cita-cita bangsa, dan negara tidak mengakui lagi. Lalu pada konteks kebijakan peran pemerintah dimana ?. Bukankah kedaulatan berada pada tangan rakyat, nah kenapa intervensi suatu kelompok untuk kekeyaan sesaat selaluh saja terjadi.
Pergerakan perekonomian daerah maluku utara Sebagian besar bersumber dari perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan jenis hasil laut lainnya. Komoditas utama yang mendukung nadi perekonomian di maluku utara sala satunya kopra, pala, dan juga cengkeh. Keberpihakan pemerintah pusat hingga daerah melahirkan kekeliruan yang sangat merugikan masyarakat yang notabenenya masyarakat petani dan juga nelayan.
Hemat saya, petani dengan segala sumber daya alam mampu mencukupi kebutuhan keseharian mereka, sebab hutan yang di kelola untuk menanam telah menyimpan berbagai macam jenis tanaman yang bisa di konsumsi, bahkan bisa dijadikan obat-obatan tradisional dan mampu menyembuhkan mereka ketika lagi sakit. Semua itu, akan hilang dan menjauh dari hutan yang dikelola oleh mereka. Karena hutan yang dahulunya masih lebat dan menyuburkan, kini telah menjadi tanah yang kosong dan tidak lagi subur. Sudah sekian lama perjuangan memperjuangkan hak mereka tetapi tidak di respon baik oleh pemerintah. Hal sedemikian menunjukkan bahwa, ketidakwarasan orang-orang yang saat ini memimpin.
Maluku Utara adalah suatu daerah paling timur dan memiliki ketertarikan bagi orang-orang bangsa eropa. Baik yang berkunjung hanya untuk menikmati pemandangan alam semesta dan seisinya, juga ada yang sampai menetap dan bekerja untuk menjadi buru di bebepa perusahaan yang telah aktif beroperasi di Maluku Utara. Keberadaan Maluku Utara menjadi titik fokus pemerintah dalam hal menyebarluaskan industri yang dikelolah oleh orang asing dan tidak berstatus sebagai warga asli Indonesia. Bisa dilihat dalam beberapa kabupaten saat ini menjadi sentral eksploitasi besar-besaran. sebut saja, halsel, Haltim, halut, dan juga halteng.(*)
Opini ini sudah terbit dikoran Malut Post edisi, 6 Mei 2024.
Komentar