Kuburan Akal di Marabose

Selain itu, terdapat excavator mengambil tanah di sebuah gunung yang berdirinya pohon-pohon untuk menutup tumpukan sampah.
Dengan meratakan, maksud lain adalah supaya mobil angkutan semakin leluasa membuangnya. Juga doser tampak di atas timbunan, menutup kebusukan sampah dengan tanah – sebuah ritual rutin yang dilakukan setiap hari, kadang tiap minggu.
Sekilas tampak seperti penertiban, padahal sejatinya hanya penutupan luka agar tak muncul di permukaan. Bau mungkin berkurang, tapi bahaya tak hilang.
Proses daur ulang tidak maksimal, tanah dan air tercemar, sedang kesadaran ekologis mati perlahan di bawah timbunan kebiasaan menutup masalah dengan tanah. Dan kematian itu merupakan Tempat Penguburan Akal (TPA).
Tak jauh dari sana, kawanan Kera Bacan terlihat mengais sisa makanan di antara plastik dan limbah rumah tangga. Mereka, yang seharusnya hidup di hutan, kini bergantung pada sisa manusia. Seketika aku tertegun. Jika satwa hutan harus mencari makan di tempat sampah, maka ada yang salah di pulau ini.
Lain halnya dengan dua kolam. Ia berada di bawah tumpukan sampah – yang katanya berfungsi sebagai penampung limbah cair sebelum dialirkan ke lokasi kedua untuk penyaringan.
Faktanya, keduanya tak berfungsi. Air limbah yang seharusnya disaring itu merembes ke tanah, mengalir ke sekitar, mencemari air bawah tanah dan mungkin juga ekosistem lainnya.
Baca Halaman Selanjutnya..





Komentar