(Refleksi Menperingati Hari Bahasa dan Sumpah Pemuda)

Bahasa Indonesia; Nafas Kemerdekaan Bangsa

Karsila Hayat

Bahasa, Nasionalisme, dan Citra Diri Bangsa

Bahasa adalah jantung kebudayaan dan cermin kepribadian suatu bangsa. Ketika kita meremehkan bahasa sendiri, pada saat yang sama kita sedang meremehkan bangsa sendiri.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik adalah bentuk penghargaan terhadap perjuangan panjang para pendahulu. Sebaliknya, ketika bahasa kita dipenuhi dengan istilah asing yang berlebihan tanpa kebutuhan, itu adalah tanda melemahnya rasa percaya diri sebagai bangsa.

Pemuda harus menumbuhkan kembali semangat untuk menulis, berbicara, dan berpikir dalam bahasa Indonesia yang kuat, logis, dan indah.

Dengan begitu, bahasa kita akan terus berkembang seiring perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Bahasa Indonesia bukan bahasa masa lalu, melainkan bahasa masa depan yang terbuka terhadap inovasi dan ilmu pengetahuan.

Penutup: Menjaga Janji yang Pernah Diikrarkan

Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa sejarah yang diperingati setiap tahun, melainkan sebuah janji kolektif yang harus terus dijaga.

Kaum muda hari ini adalah pewaris semangat Sunarjo, Siti Soendari, dan para pemuda 1928 yang telah membuktikan bahwa bahasa dapat menjadi alat perjuangan, pemersatu, dan kebangkitan bangsa.

Kini, tugas kita adalah melanjutkan perjuangan itu dalam konteks yang baru: memperkuat kemampuan berbahasa Indonesia di tengah globalisasi, menguasai bahasa asing untuk menjangkau dunia, dan melestarikan bahasa daerah sebagai akar identitas.

Karena sejatinya, bangsa yang kehilangan bahasanya adalah bangsa yang kehilangan dirinya. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...