Weda Harus Segera Menjadi Pusat Trauma Maluku Utara

Dr. Akbar Kapissa Baharsyah

Pusat trauma yang ideal bukan sekadar ruang gawat darurat besar, tetapi sistem terintegrasi yang mencakup:
1. Unit Bedah 24 Jam dengan tim ortopedi, bedah umum, dan anestesi siap siaga.
2. ICU trauma modern dengan ventilator, monitoring invasif, dan dukungan transfusi darah cepat.
3. Tim PSC-119 dan ambulance trauma yang terhubung langsung dengan puskesmas industri di Weda, Lelilef, dan Sagea.
4. Pelatihan kegawatdaruratan (ATLS, BTLS, dan trauma simulation) bagi seluruh tenaga kesehatan daerah.
5. Sistem komunikasi cepat dan digital antara RSUD, dinas kesehatan, dan perusahaan industri untuk mempercepat evakuasi medis.

Jika sistem ini dibangun, maka setiap korban kecelakaan kerja, entah itu luka bakar, patah tulang, atau cedera kepala berat, dapat segera mendapatkan penanganan awal yang sesuai dengan standar internasional. Hal ini akan menekan angka kematian akibat trauma dan meningkatkan keselamatan kerja di kawasan industri.

Lebih jauh, keberadaan pusat trauma di Weda akan membawa multiplier effect. Rumah sakit dapat berfungsi sebagai pusat pelatihan keselamatan kerja (K3), tempat magang tenaga medis, serta lokasi penelitian kedokteran kerja dan epidemiologi trauma industri.

Dengan demikian, manfaatnya tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membangun kapasitas sumber daya manusia Maluku Utara di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

Investasi Kemanusiaan, bukan Sekedar Proyek

Pemerintah daerah dan pusat perlu melihat pembangunan trauma center bukan sebagai proyek medis semata, melainkan investasi sosial dan ekonomi jangka panjang.

Industri yang maju tanpa sistem tanggap darurat adalah bom waktu. Di tengah geliat pertumbuhan ekonomi Weda, pusat trauma menjadi fondasi agar pembangunan tidak dibayar dengan nyawa pekerja. Kita tidak bisa membiarkan nyawa manusia menjadi korban dari keterlambatan rujukan dan jarak rumah sakit.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...