Weda Harus Segera Menjadi Pusat Trauma Maluku Utara

Pola Cedera : Trauma Industri yang Nyata
Jenis cedera yang dialami para korban pun tidak ringan. Berdasarkan laporan medis pola cedera didominasi oleh trauma fisik berat seperti:
- Patah tulang panjang (femur, tibia, humerus) akibat terjepit alat berat atau jatuh dari ketinggian.
- Patah tulang belakang akibat tertimpa beban besar di area smelter.
- Trauma toraks ( cedera pada dada) berupa patah tulang rusuk, kontusio paru (paru-paru memar), dan pneumotoraks akibat ledakan atau benturan keras.
- Luka bakar sedang hingga berat dari percikan logam cair dan kebakaran industri.
- Trauma kepala dan cedera otak (Traumatic Brain Injury/TBI) akibat benturan keras yang membutuhkan observasi intensif dan CT-scan emergensi.
Cedera-cedera ini menggambarkan beban nyata dari proses industrialisasi di Halmahera. Kita tidak sedang berhadapan dengan epidemi penyakit kronis seperti stroke atau jantung koroner, melainkan dengan epidemi trauma luka, patah, dan perdarahan yang terjadi setiap minggu di kawasan tambang.
Sayangnya, fasilitas medis di sekitar Weda belum mampu merespons cepat situasi ini. Sebagian besar rumah sakit di Halmahera masih bertipe D atau C, dengan keterbatasan alat, tenaga bedah, dan ICU trauma.
Akibatnya, korban dengan perdarahan berat sering kali harus dirujuk ke Ternate atau bahkan Manado, menempuh perjalanan berjam-jam melewati laut dan jalan tambang, sebuah risiko yang sering berakhir dengan kematian sebelum tiba di rumah sakit rujukan.
Weda : Lokasi Strategis dan Solusi Logis
Oleh karena itu, Weda harus segera dikembangkan sebagai pusat trauma regional Maluku Utara. Lokasinya yang strategis di tengah Pulau Halmahera menjadikannya titik ideal untuk menjangkau tiga wilayah industri utama:
Halmahera Tengah, Halmahera Timur, dan Pulau Obi. Dengan ribuan pekerja aktif setiap harinya, kawasan ini merupakan pusat mobilitas industri yang berisiko tinggi terhadap kecelakaan berat.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar