“Matinya Demokrasi dan Kian Hitamnya Catatan Pelanggaran HAM”

Brutalitas Negara dan Aparat

Muhammad Hatta Abdan

Aksi-aksi ini merefleksikan kekecewaan rakyat terhadap kebijakan negara yang timpang, terutama soal gaji dan tunjangan DPR yang dinilai tidak layak di tengah krisis ekonomi.

Sejak era rezim Prabowo–Gibran, rakyat terus dipaksa menelan kebijakan sewenang-wenang: pengesahan RUU TNI, wacana efisiensi anggaran yang menyingkirkan kepentingan rakyat kecil, hingga ucapan Menteri Keuangan yang menyebut guru sebagai beban negara.

Brutalitas aparat dan negara masih hidup, bahkan kian melekat sebagai rutinitas untuk menghadapi rakyat yang memprotes. Represifitas menjadi bom waktu yang merenggut demokrasi bangsa, menambah panjang catatan hitam pelanggaran HAM.

Aparat negara tak pernah belajar dari sejarah, sehingga luka lama bangsa ini terus dibuka kembali dengan cara lebih brutal.

Bangsa ini masih menyimpan luka kemanusiaan. Banyak nyawa aktivis dan rakyat belum mendapatkan keadilan. Itu adalah dosa bangsa terhadap rakyatnya sendiri.

Hasrat kuasa untuk menindas seolah sudah mendarah-daging, hingga lupa bahwa kemerdekaan berarti kebebasan, bukan hanya dari penjajah asing, tapi juga dari penindasan di negeri sendiri. Benar kata Tan Malaka, kita belum 100% merdeka!

Demonstrasi hari ini jangan pernah padam. Perlawanan harus berlanjut hingga September Hitam dan seterusnya.
Al-Fatihah untuk Affan Kurniawan, hormat untuk semua yang melawan.
Sekian. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...