“Matinya Demokrasi dan Kian Hitamnya Catatan Pelanggaran HAM”
Brutalitas Negara dan Aparat

Pada masa Orde Baru, deretan tragedi kemanusiaan dan penghilangan paksa menorehkan luka: penculikan aktivis 1997–1998 oleh Tim Mawar Kopassus, Peristiwa Trisakti, Semanggi, dan berbagai kasus lain yang tak kunjung dibasuh dengan keadilan. Luka itu justru membudaya dalam tubuh aparat negara.
Reformasi yang seharusnya membawa pembaruan justru dikorupsi dan dikhianati. Orde Baru seakan hadir kembali, hanya dengan wajah dan rezim berbeda.
Demonstrasi rakyat yang semestinya menjadi saluran kritik selalu dijemput dengan kekerasan dan penangkapan. Negara masih alergi terhadap suara rakyat.
Munir, Wiji Thukul, Marsinah, dan kawan-kawan aktivis lain yang dibungkam oleh negara adalah cermin betapa kejamnya kekuasaan.
Pelanggaran HAM berat terus menjadi noda pada kain bangsa ini, menjalar dan menghitam, seolah nyawa hanyalah angka yang bisa ditutupi dengan uang dan riuh pemilu.
Selain catatan hitam pelanggaran HAM, demokrasi pun semakin terancam mati. Berapa banyak perjuangan rakyat yang dibungkam aparat kepolisian dan TNI?
Demokrasi pilar utama untuk bersuara, selalu dihentikan dengan gas air mata. Hak untuk memprotes yang dijamin undang-undang diabaikan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar