Sufisme Politis ala Mulla Shadra

Muhammad Fazry, S.H.,M.H

Ibn Khaldun: Meskipun bukan sufi, ia melihat pentingnya solidaritas sosial (asabiyah) dalam membangun masyarakat yang stabil dan adil.

Semua pandangan ini menunjukkan bahwa politik tidak selalu kontradiktif dengan spiritualitas. Justru dalam politik yang benar, nilai-nilai sufistik seperti keikhlasan, kesederhanaan, dan ketakwaan menjadi ruh yang menjaga orientasi pada Tuhan.

Mulla Shadra melalui konsep Asfār al-Arba‘ah menunjukkan bahwa tasawuf dan politik bukanlah dua kutub yang terpisah.

Perjalanan spiritual pada akhirnya menuntun manusia untuk kembali ke tengah masyarakat dan mengambil peran sebagai pembimbing, pemimpin, atau agen perubahan.

Baca Juga: Tuhan Menari dalam Kekuasaan Sebuah Aforisme Kehendak

Filsafat Shadra mengajarkan bahwa:
Keimanan harus diiringi transformasi sosial.
Politik harus dijalankan dengan visi Ilahi.

Kepemimpinan spiritual dapat membentuk tatanan masyarakat yang adil, harmonis, dan berorientasi kepada Tuhan.

Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa lepas dari kehidupan kolektif. Maka, ia membutuhkan sistem politik yang adil dan etis. Dalam pandangan Shadra, politik ideal adalah politik yang bersumber dari wahyu dan diarahkan oleh moralitas sufistik.

Dengan demikian, tasawuf politis ala Mulla Shadra menjadi model penting dalam mengintegrasikan spiritualitas dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan umat Islam.

Dalam dunia modern yang kerap memisahkan agama dan politik, pemikiran ini menjadi tawaran segar untuk membangun masyarakat yang tidak hanya beradab, tetapi juga bertauhid.
Wallāhu a‘lam bis-shawāb. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...