Site icon MalutPost.com

“Ciri Mukmin Sejati”

Usman Muhammad

Oleh: Usman Muhammad, SH., M.Pd.I
(Imam Besar Masjid Agung Al-Munawwar Kota Ternate)

Seseorang yang mengaku memeluk agama Islam (seorang Muslim), wajib beriman kepada Allah Swt., para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, serta qadha dan qadar-Nya.

Namun, keimanan tidak cukup hanya diucapkan, melainkan harus dimanifestasikan dalam sikap dan perilaku sehari-hari sebagaimana diuraikan dalam rukun Islam yang lima: bersyahadat, melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan berhaji ke Baitullah bagi yang mampu.

Baca Juga: Malu Bagian dari Iman

Menurut Imam Malik, Imam asy-Syafi’i, al-Auza’i, dan Ishaq bin Rahawaih, orang yang beriman adalah mereka yang meyakini dan membenarkan dengan hati, mengakui secara lisan keberadaan Allah Swt. serta syariat-Nya, dan melaksanakan tuntunan-Nya.

Dalam konteks ini, iman dan amal saleh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Iman tanpa amal saleh belum bisa dikatakan sebagai iman yang sejati.

Dalam berbagai kesempatan, Nabi Muhammad Saw. senantiasa mengaitkan antara iman dan amal saleh. Beliau menegaskan bahwa seseorang baru dapat disebut benar-benar beriman apabila ia mau dan mampu menjalankan ajaran agama, baik yang bersifat ibadah ritual maupun sosial.

Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 11 Juli 2025

Tanpa keduanya, keimanan belum terwujud, ibarat seorang pria yang menyatakan cinta kepada kekasihnya, namun justru menyakitinya.

Dalam sebuah riwayat dari Abu Suraih r.a., Rasulullah Saw. bersabda: “Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman!”

Baca Halaman Selanjutnya..

Seorang sahabat bertanya, “Siapakah orang itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

Pengulangan sabda Nabi sebanyak tiga kali menunjukkan betapa penting dan seriusnya perkara tersebut. Rasulullah Saw. sangat jarang mengulang pernyataan kecuali untuk hal-hal yang sangat mendasar, seperti dalam hal ini: iman yang dibuktikan dengan amal saleh.

Al-Qur’an Menjelaskan Ciri Orang Beriman

Allah Swt. dalam Al-Qur’an secara tegas menjelaskan ciri-ciri orang beriman dalam Surah Al-Anfal ayat 2–4:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal.

Baca Juga: Jauhilah Perbuatan Sia-sia

Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka, serta ampunan dan rezeki yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 2–4)

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa orang beriman adalah mereka yang mantap dan sempurna keyakinannya, serta membuktikannya lewat amal perbuatan.

Ketika disebut nama Allah, hati mereka bergetar karena sadar akan kebesaran dan keagungan-Nya. Ketika dibacakan ayat-ayat Allah, iman mereka semakin bertambah, memantapkan hati untuk berserah diri secara utuh kepada-Nya.

Baca Halaman Selanjutnya..

Tawakkal: Berserah Diri yang Aktif

Tawakkal adalah ciri lain dari orang beriman. Nabi Muhammad Saw. menggambarkan orang bertawakkal seperti burung yang keluar dari sarangnya pagi hari dalam keadaan lapar, lalu kembali sore hari dalam keadaan kenyang.

Burung tidak memiliki pekerjaan seperti manusia, namun dengan tawakkal dan usaha, ia tetap mendapatkan rezeki.
Imam Ahmad menegaskan bahwa riwayat ini tidak berarti seseorang boleh meninggalkan usaha, justru menunjukkan pentingnya ikhtiar dalam mencari rezeki.

Baca Juga: Keutamaan Bulan Sya’aban

Dalam riwayat lain disebutkan: Amr bin Umayyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah aku harus mengikat untaku terlebih dahulu lalu bertawakkal, ataukah aku lepaskan saja lalu bertawakkal?”

Nabi menjawab, “Ikatlah unta itu, lalu bertawakkallah kepada Allah.” (HR. al-Qudha’i)

Demikian pula dalam mencari ilmu: tidak cukup hanya berdoa, tetapi harus diiringi dengan belajar secara tekun.
Tawakkal tidak berarti pasrah tanpa usaha. Seorang Muslim wajib bekerja keras untuk meraih kehidupan yang layak, sambil menyadari bahwa hasilnya sepenuhnya berada dalam kuasa Allah Swt.

Shalat dan Infak: Pilar Keimanan

Ciri selanjutnya dari orang beriman adalah mendirikan shalat. Shalat merupakan rukun Islam kedua dan tiang agama.

Rasulullah Saw. bersabda: “Pembatas antara seorang Muslim dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Baca Halaman Selanjutnya..

Selain shalat, ciri berikutnya adalah gemar menginfakkan sebagian rezeki di jalan Allah. Orang yang beriman menyadari bahwa dalam hartanya terdapat hak orang lain, terutama kaum fakir dan miskin.

Allah Swt. berfirman: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Az-Zariyat: 19)

Ayat lain menegaskan: “Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu…” (QS. Al-Baqarah: 267)

Menurut M. Quraish Shihab, jika salah satu dari kelima sifat ini tidak dimiliki seseorang, maka ia belum bisa disebut sebagai mukmin sejati.
Semoga bermanfaat. Insya Allah. (*)

Exit mobile version