Site icon MalutPost.com

IAIN Ternate: Transformasi Alumni dari Seruput Kopi ke Seruan Aksi

Mohtar Umasugi

Oleh: Mohtar Umasugi
(Alumni IAIN/STAIN Ternate Angkatan 1994)

MalutPost.com — Di bawah rindangnya pohon ketapang depan asrama putra kampus IAIN Ternate, gelas-gelas kopi kerap menjadi pengantar diskusi panjang mahasiswa yang gelisah.

Di sana, saya dan banyak kawan seperjuangan sering duduk, bukan hanya membicarakan mata kuliah atau skripsi yang tertunda, tapi juga menelisik keadaan masyarakat, kegelisahan bangsa, dan harapan-harapan yang sering tak terdengar.

Baca Juga: Menghapus Korupsi: Pelajaran dari Georgia

Dulu, semua itu tampak seperti obrolan biasa. Tapi hari ini saya sadar, dari seruput kopi itulah lahir banyak seruan aksi. Kampus ini, dengan segala keterbatasannya, telah membentuk pribadi-pribadi yang berpikir kritis, berani bersikap, dan akhirnya bertindak untuk perubahan sosial.

IAIN Ternate bukan sekadar kampus keislaman yang mengajarkan fiqih, tafsir, dan bahasa Arab. Ia adalah ruang dialektika, tempat nilai-nilai Islam dipertemukan dengan realitas sosial dan politik di Maluku Utara.

Dari ruang kelas hingga lorong-lorong fakultas, mahasiswa ditempa untuk menjadi manusia yang berpikir dan bergerak.

Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 1 Juli 2025

Hari ini, alumni IAIN Ternate tersebar di berbagai sektor. Sebagian menjadi guru agama di pelosok Halmahera dan Kepulauan Sula, sebagian lain menjabat sebagai penyuluh KUA, aktivis LSM, jurnalis, hingga politisi muda yang membawa warna baru dalam kebijakan publik.

Lebih dari 60% alumni terserap di sektor pendidikan formal dan informal, baik sebagai guru madrasah, dosen, hingga pengasuh pesantren.

Baca Halaman Selanjutnya..

Puluhan alumni saat ini aktif dalam gerakan sosial dan dakwah berbasis komunitas, termasuk penguatan ekonomi syariah dan advokasi hak-hak perempuan di wilayah kepulauan.

Tidak sedikit alumni yang berkiprah sebagai anggota legislatif kabupaten/kota, wakil bupati dan wakil gubernur, anggota KPU, Bawaslu, hingga staf ahli di lembaga pemerintahan.

Beberapa alumni IAIN Ternate juga telah menjadi penulis, peneliti, jurnalis dan intelektual publik yang berkontribusi dalam wacana Islam Nusantara dan transformasi sosial di wilayah timur Indonesia.

Baca Juga: 78 Tahun HMI: Respon Budaya Intelektual yang Meresahkan

Ini semua adalah transformasi yang patut dibanggakan, dari ruang diskusi yang sederhana ke ruang pengabdian yang nyata.

Namun, kita juga tidak boleh abai bahwa tantangan alumni ke depan tidaklah ringan. Dunia kerja yang semakin kompetitif, sertifikasi profesi yang kompleks, hingga ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap sarjana keislaman menuntut kesiapan lebih dari sekadar ijazah.

Alumni IAIN Ternate harus bisa menjadi penengah antara idealisme dan realitas, membawa semangat nilai-nilai Islam untuk menjawab masalah sosial seperti kemiskinan, ketimpangan pendidikan, krisis lingkungan, hingga intoleransi.

Peran kampus juga sangat penting di sini. Penguatan kurikulum berbasis kebutuhan daerah, jejaring kerja sama antaralumni, serta dukungan karir pascakampus harus menjadi prioritas institusi.

Baca Halaman Selanjutnya..

IAIN Ternate tidak boleh puas hanya mencetak lulusan, tapi harus mampu memfasilitasi transformasi mereka menjadi aktor perubahan.

Kita yang pernah menyeruput kopi di kantin kampus atau berdiskusi hingga malam di depan asrama kampus, nongkrong serta bangun wacana kegersangan intelektual di depan koperasi mahasiswa ( kopma ) tahu betul bahwa idealisme tidak lahir dari kemewahan.

Baca Juga: Upaya Mewujudkan Mission HMI

Ia lahir dari kegelisahan, ketimpangan yang kita lihat, dan harapan yang terus diperjuangkan. Maka ketika hari ini kita telah berdiri di berbagai posisi, jangan pernah lupa akar tempat kita tumbuh.

Kita semua, para alumni, punya kewajiban moral untuk kembali, bukan sekadar secara fisik, tapi secara tanggung jawab: membantu kampus tumbuh, membuka jalan bagi adik-adik mahasiswa, dan menjaga agar semangat kritis, progresif, dan Islami tidak padam oleh pragmatisme zaman.

Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 30 Juni 2025

Transformasi alumni IAIN Ternate adalah bukti bahwa pendidikan Islam tidak berhenti di mimbar masjid atau ruang kelas. Ia hidup di tengah masyarakat, di pasar, di desa, di ruang-ruang birokrasi, bahkan di media sosial. Seruan kita bukan sekadar slogan, tapi aksi yang dibentuk oleh nilai dan keberpihakan.

Mari kita jaga semangat ini, agar dari seruput kopi yang dulu menemani kita di kampus, terus lahir seruan-seruan aksi baru yang membawa keberkahan dan perubahan nyata bagi Maluku Utara dan Indonesia.
Semoga!….(*)

Exit mobile version