Kreativitas adalah Aset: Jalan Baru Pengembangan Pariwisata Ternate

Potensi Besar di Tengah Laut Rempah
Ternate memiliki modal dasar yang sangat kuat untuk membangun pariwisata kreatif: kearifan lokal yang hidup. Tradisi Kesultanan Ternate, ritual pengusiran roh halus atau Salai Jin, keahlian nelayan dalam membaca musim laut, kearifan menjaga Gunung Gamalama, serta kesenian seperti musik tifa dan tari cakalele adalah warisan budaya yang bukan hanya layak dijaga, tapi juga bisa menjadi bagian dari pengalaman wisata yang otentik.
Ternate juga kaya akan potensi ekowisata. Kreativitas dapat mendorong pengelolaan destinasi secara berkelanjutan, misalnya dengan membangun jalur wisata edukatif ke Gunung Gamalama, menyusun paket wisata menyelam dengan edukasi lingkungan di sekitar Pulau Maitara dan Tidore, atau mengembangkan agrowisata cengkeh yang terintegrasi dengan cerita sejarah perdagangan rempah-rempah.
Di sinilah pentingnya menjadikan masyarakat lokal bukan hanya penonton, tetapi pelaku utama. Ketika mereka diberi ruang untuk mengekspresikan kreativitas baik melalui kerajinan, kuliner, seni pertunjukan, atau cerita, maka pariwisata tidak hanya menghidupkan kota, tapi juga menguatkan identitas dan ekonomi warga.
Ancaman Gentrifikasi dan Homogenisasi
Sayangnya, jika tidak hati-hati, pembangunan yang hanya berfokus pada “menarik wisatawan” secara visual dapat membawa dampak negatif. Kita melihat fenomena gentrifikasi, yaitu ketika warga lokal mulai tersingkir dari kawasan strategis karena naiknya harga tanah dan biaya hidup.
Tempat-tempat yang dulunya hidup dengan interaksi sosial, kini berubah menjadi deretan kafe dan hotel yang terputus dari budaya sekitarnya.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar