Oleh: Mohtar Umasugi
(Akademisi/Koordinator Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kepulauan Sula (Kepsul)
Setiap tahun, umat Islam memperingati Nuzulul Qur’an sebagai momen bersejarah turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW.
Namun, dalam realitasnya, peringatan ini sering kali hanya menjadi seremonial tanpa refleksi mendalam terhadap makna substantif yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Padahal, Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci yang dibaca dan dihafalkan, tetapi juga pedoman hidup yang menawarkan solusi bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, sudah saatnya Nuzulul Qur’an tidak hanya dirayakan, tetapi juga dimanfaatkan sebagai momentum brainstorming solusi pembangunan berbasis nilai-nilai Qur’ani.
Al-Qur’an sebagai Landasan Pembangunan
Ulama besar, Syekh Yusuf Al-Qaradawi, dalam bukunya Fiqh al-Awlawiyyat menekankan bahwa Islam bukan hanya agama ibadah ritual, tetapi juga peradaban yang mendorong umatnya untuk membangun kesejahteraan duniawi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Pembangunan yang diamanatkan dalam Islam bukan sekadar fisik dan ekonomi, tetapi juga spiritual dan sosial.
Dalam Surah Al-Hasyr ayat 7, Allah SWT berfirman: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7).
Ayat ini menegaskan bahwa segala kebijakan dan aturan dalam kehidupan harus merujuk pada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, yang sumber utamanya adalah Al-Qur’an.
Dalam konteks pembangunan, ini berarti bahwa setiap kebijakan publik, ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial harus sejalan dengan prinsip-prinsip Qur’ani, seperti keadilan, keberlanjutan, dan kesejahteraan bersama.
Namun, realitasnya masih jauh dari harapan. Peringatan Nuzulul Qur’an sering kali hanya sebatas forum tausiyah dan peringatan seremonial tanpa diiringi oleh diskusi mendalam mengenai bagaimana Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai solusi atas berbagai tantangan pembangunan yang dihadapi bangsa ini.
Transformasi Nuzulul Qur’an: Dari Seremonial ke Brainstorming Pembangunan
Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menekankan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang penuh dengan dorongan untuk berpikir dan bertindak.
Jika kita perhatikan ayat pertama yang diturunkan Iqra’ (Bacalah!) perintah ini bukan sekadar membaca teks, tetapi juga membaca realitas sosial dan mencari solusi atas berbagai problematika yang dihadapi masyarakat.
Baca Halaman Selanjutnya..
Konsep ini selaras dengan gagasan brainstorming, yaitu proses berpikir bersama untuk menemukan solusi inovatif atas permasalahan tertentu. Dalam konteks Nuzulul Qur’an, brainstorming dapat diterapkan dalam berbagai aspek pembangunan, seperti:
1. Pembangunan Ekonomi Berbasis Keadilan
Al-Qur’an menegaskan bahwa ekonomi harus berlandaskan keadilan dan keberlanjutan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 275, Allah melarang riba dan menganjurkan perdagangan yang adil. Jika prinsip ini diterapkan, maka kebijakan ekonomi harus berpihak pada kesejahteraan rakyat, bukan hanya menguntungkan segelintir elite.
2. Pendidikan yang Mengintegrasikan Iman dan Ilmu
Al-Qur’an mendorong pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada ilmu dunia, tetapi juga pada pembentukan karakter. Sayangnya, sistem pendidikan kita masih sering terjebak dalam sekularisme yang memisahkan ilmu dan moralitas.
Dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11, Allah berjanji akan mengangkat derajat orang-orang berilmu dan beriman. Ini menunjukkan bahwa intelektualitas harus berjalan seiring dengan keimanan.
3. Pemerintahan yang Amanah dan Transparan
Al-Qur’an menekankan pentingnya kepemimpinan yang amanah dalam Surah An-Nisa ayat 58: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).
Jika ayat ini benar-benar diimplementasikan, maka tidak akan ada lagi praktik korupsi, nepotisme, atau ketidakadilan dalam pemerintahan.
Baca Halaman Selanjutnya..
4. Lingkungan dan Keberlanjutan
Al-Qur’an juga mengajarkan konsep keseimbangan lingkungan dalam Surah Ar-Rum ayat 41: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41).
Ini adalah pesan eksplisit tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekologi dalam pembangunan. Sayangnya, eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali telah menyebabkan krisis lingkungan yang mengancam kehidupan generasi mendatang.
Peringatan Nuzulul Qur’an harus lebih dari sekadar perayaan seremonial. Sudah saatnya kita menjadikannya sebagai forum brainstorming nasional untuk merumuskan solusi pembangunan berbasis nilai-nilai Qur’ani.
Jika Al-Qur’an dijadikan pedoman dalam merancang kebijakan ekonomi, pendidikan, pemerintahan, dan lingkungan, maka bangsa ini akan mampu keluar dari berbagai krisis dan menuju kesejahteraan yang hakiki.
Sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat membangun peradaban Islam dengan bimbingan Al-Qur’an, kita pun memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun bangsa ini.
Dengan nilai-nilai ilahi yang telah diturunkan lebih dari 14 abad yang lalu. Nuzululqur’an bukan hanya untuk diperingati, tetapi untuk diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Wallahu ‘alam bisawab. (*)