Refleksi Kritis: Cinta dan Pembentukan Subjektivitas

Penulis menggunakan istilah diatas sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan mendasar tadi, agar dapat membuat terobosan sesuai dengan penjabaran tentang manifestasi cinta materi dan immateri. Hal mendasar yang  akan diutarakan disini adalah Subjek akan menemukan subjek tidak pada dirinya, melainkan pada yang lain sebagai instrument menemukan dirinya.

Secara metodologi akan kontradiksi, sebab yang lain punya kediriannya sendiri, tetapi yang dimaksudkan oleh penulis adalah yang lain atau the order sebagai instrumen untuk menemukan subjek melalui manifestasi. Sebagaimana “Aku sedang membaca buku dan ia sedang membawa buku untuk diriku”. Subjek kehilangan sesuatu yang ada dalam dirinya (diriku), sehingga “ia” dibutuhkan menemukan diri yang sesungguhnya”, tidak pada posisi antara subjek membutuhkan objek, melainkan subjek akan keluar dari dirinya untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya.

Sebagai misal, ketika seseorang merefleksikan kehidupan-nya di masa lalu, maka diwaktu yang bersamaan, ia sebebnarnya tidak ada pada masanya, melainkan ia berada pada sesuatu yang lain dari dirinya, yaitu Kembali ke masa lalu.

Konsep di atas dapat digeneralisir menjadi aku menuju pada pembentukan diriku. Jika dihubungkan dengan konteks cinta di pembahasan awal, apa yang sebenarnya di cari oleh laki-laki terhadap Perempuan atau sebaliknya Perempuan kepada laki-laki, adalah peroses kedua-duanya sedang melakukan pencarian untuk menuju pada pembentukan diri yang sesungguhnya dalam pengertian cinta secara filosofis.

Bahwa kita tidak berada pada seputaran diskursus yang mengangkat alasan-alasan umum secara materil semata laiknya laki-laki mencintai Perempuan karena cantik, mulus, lembut atau yang lain, tetapi cinta itu adalah manifestasi yang akan terwujud oleh laki-laki dalam diri Perempuan maupun Perempuan dalam diri laki-laki secara totalitas. (*)

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...