Catatan
Danantara, Om Paul, Tonny dan Najib Razak

Belum lagi kasus kerugian yang dialami sejumlah perusahaan BUMN lain. Sebagiannya sudah ditutup karena mengalami kebangkrutan. Dampak dari mis-manajemen ini tentu sangat berpengaruh pada reputasi, khususnya soal trust.
Karena itu, adanya kekhawatiran publik terhadap kehadiran Danantara, yang akan mengelola investasi besar, tak bisa dianggap mengada ada. Kemungkinan muncul risiko dalam dunia usaha/ bisnis tetap bisa saja terjadi.
Investasi besar memang bisa membawa keuntungan besar. Tapi sebaliknya, bisa juga membawa kerugian besar. Alih-alih rakyat Indonesia ikut menanggung akibatnya.
Perusahaan lembaga seperti Danantara sebenarnya sudah muncul sejak lama di negara jiran. Di Singapura, sudah dibentuk sejak 50 tahun lalu. Namanya Temasek.
Kontribusi terhadap perekonomian nasional cukup terasa. Perusahan yang menggarap sejumlah proyek strategis di dalam maupun luar Singapura, sampai sekarang tetap eksis.
Meski dibentuk tahun 1974, namun asset perusahan tidak lebih dari Rp5000 triliun. Juga perusahan yang sama sudah dibentuk di Malaysia di tahun 1994 oleh Perdana Menteri Mahathir Mohammad dengan asset Rp4000 triliun. Asset dua perusahaan ini, jauh dari total asset Danantara yang hampir tembus di angka Rp15 ribu triliun.
Meskipun Temasek yang didirikan semasa PM lee Kuan Yee, namun dari perjalanan dan pengalamannya, perusahaan pemerintah ini pernah mengalami masa sulit.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar