Catatan

Danantara, Om Paul, Tonny dan Najib Razak

Di samping tertarik dengan keuntungan, Tonny sangat percaya dan yakin dengan profile temannya itu. Selama ini teman Tonny memang menekuni bisnis ikan. Tonny dianggap cukup berhasil. Rumah bagus, punya tiga kendaraan pribadi dan operasional.

Maka jadilah kerjasama itu. Tonny menambah modal sekitar Rp250 juta dari kebutuhan sekitar Rp400 juta untuk pengadaan dan pengiriman ikan tuna. Pengiriman menggunakan kontener pendingin (reefer container). Kontener yang menampung 15 ton.

Dari pembicaraan kerjasama itu, keuntungan dibagi sesuai setoran modal. Sejak awal keduanya bicara terbuka. Mulai dari modal pembelian ikan tuna yang Rp24 ribu perkilo hingga penjualan ke buyer dengan harga Rp35 ribu/kg. Jadi secara bruto ada margin 11 ribu/Kg.

Dari keuntungan ini akan dipotong biaya tenaga kerja, transportasi, termasuk biaya pengiriman kontener. Saat pengiriman sampai di tempat tujuan, ---gudang buyer--- di Jakarta, ikan ternyata rusak. Kerusakan itu lebih disebabkan macetnya sistem pendingin kontener, sehingga terjadi defrost. (Ikan beku mencair).

Kemungkinan masalah sistem pendingin kontener bermasalah dua hari setelah keberangkatan dari Bitung. Buyer tak mau tahu. Sesuai perjanjian, mereka terima dalam kondisi beku.

Terpaksa ikan yang harus dibayar Rp35 ribu/kg harus dijual rugi Rp10 ribu kepada salah satu perusahaan pakan ternak. Padahal rencana, ikan tersebut akan diekspor oleh buyer Tonny.

Sudah sering ia berhubungan dengan buyer langganannya di Jakarta. Tapi, baru kali ini rekan Tonny mengalami hal seperti itu. Rekan Tonny benar-benar terpukul melihat video yang dikirim buyer nya itu.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Komentar

Loading...