Site icon MalutPost.com

Biayai Kuliah dari Hasil Ojek dan Jadi Petugas Kebersihan

Ruslan Dumba

“Proses tidak akan menghianati hasil”. Ungkapan ini tak hanya sekadar memotivasi tapi benar-benar menjadi nyata, bagi yang mau berusaha. Seperti kehidupan Ruslan Dumba, yang kini tengah menikmati buah dari kerja kerasnya.

Malutpost.com — Birokrat Taliabu yang lahir pada 11 Maret 1982 ini dari keluarga sederhana di Pulau Pas Ipa, Kecamatan Mangoli Barat. Namun, saat Ruslan sekolah dan duduk di kelas dua SD, kedua orang tuanya Djunaidi dan Hasna H Badung, pindah dari desanya ke Desa Falabisahaya.

Tentu, tujuan utamanya untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Mengingat, mereka kini sudah memiliki anak dan tentu butuh biaya, tak hanya untuk makan minum, tapi ada kewajiban lain yang harus dipenuhi terutama pendidikan, sebagai dasar yang kuat, agar kelak buah hati mereka bisa menggenggam dunia dan tak hanya menjadi “penonton”.

Djunaidi diterima bekerja di perusahaan Barito. Di perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu itu, dia bekerja sebagai petugas kebersihan. Bertahun-tahun bekerja, keluarga tersebut kembali pindah.

Kali ini mereka pindah di mess atau perumahan yang disiapkan perusahaan untuk karyawannya, di Desa Modapuhi, Kecamatan Mangoli Utara Kepulauan Sula. Di desa yang menjadi lokasi transmigrasi ini pun mereka tak tinggal selamanya, karena dia hanya melanjutkan pendidikan SD hingga SMP.

Saat mau masuk ke tingkat SMA, mereka kembali pindah. Kali ini di laur wilayah Kepulauan Sula, untuk mengikuti ajakan keluarga sang ibu ke Jailolo Halmahera Barat. Dengan begitu, Ruslan melanjutkan pendidikan SMA di Jailolo, tepatnya SMAN 1 Jailolo.

Baca Halaman Selanjutnya..

Belum lama pindah, terjadi konflik horizontal tepatnya pada 1999. Konflik yang terjadi di Maluku dan menyebar hingga Maluku Utara, termasuk wilayah Jailolo.

Ruslan yang hanya pindah bersama ibunya kala itu, harus berlari dalam menyelamatkan diri. Ruslan mengaku, begitu takut berada dalam kondisi yang mencekam. Namun, mereka berhasil keluar dan mengungsi ke Ternate.

Setelah situasi aman, dan kembali sekolah, mereka tak lagi pulang ke Jailolo tapi menetap di Kota Ternate. Dia lalu melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Kota Ternate hingga tamat tahun 2022.

Lulus dari SMAN 5 Kota Ternate, Putra sematawayang itu tetap ingin lanjut kuliah, meski diakuinya kondisi keuangan sang ibu pas-pasan ditambah dengan usianya yang tak lagi muda.

Namun, tekadnya untuk bisa membahagiakan orang tua dengan impiannya menjadi abdi negara (PNS) membuatnya tak lengah. Dia akan tetap lanjut ke perguruan tinggi dengan tidak terlalu membebani sang ibu.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unkhair menjadi pilihannya. “Mulai kuliah saya harus mencari tambahan untuk kebutuhan kuliah,” kisahnya. Kala itu, biaya yang harus dibayar untuk masuk kuliah senilai Rp500 ribu. “Itu sangat besar,” katanya. Namun itu bisa dibayar.

Baca Halaman Selanjutnya..

Setelah masuk, tentu masih ada biaya yang lainnya. Mulai dari biaya ujian semester, SKS dan lainnya. Makanya dia harus punya penghasilan. Karena bisa mengendarai sepeda motor, dia lalu mencari tambahan uang kuliah dengan ojek.

Pekerjaan yang tak perlu seleksi, mudah dan tak ada ikatan waktu. Jadi bisa bekerja tapi kuliahnya tetap jalan. “Pekerjaan itu saya jalani sambil kuliah,” tuturnya.

Namun, karena dia tak punya kendaraan sendiri, dia pun memakai sepeda motor orang lain dan penghasilannya harus dibagi dua. “Kalau dapat Rp50 ribu, pemilik motor punya Rp25 ribu, kalau dapat Rp30 ribu, dia punya pemilik dapat Rp15 ribu,” paparnya.

Tak hanya ojek, dia pun mengambil job lain yang bisa menghasilkan uang, dan yang penting tidak mengganggu kuliahnya. Saat itu, fakultas tempatnya kuliah tengah membutuhkan tenaga kebersihan, dia bersama salah satu temannya pun melamar dan diterima.

“Selain ojek, Kami berdua dipercayakan pihak kampus sebagai petugas kebersihan,” tuturnya sembari tersenyum mengingat kisah yang dilaluinya.

Lelah, sudah pasti tapi yang dirasakan itu tak ditampakkan pada sang ibu. Bahkan, saat dia sakit pun disembunyikan. “Saya pernah sakit, namun saya  menyembunyikan dari orang tua, biar mereka tidak menjadi beban pikirannya,” tuturnya.

Baca Halaman Selanjutnya..

Untuk masa depannya, tak hanya pengetahuan yang terbatas pada bidang yang dipelajarinya saat ini, tapi dia butuh skill. Karena itu, selain kuliah di dalam kelas, Ruslan juga berusaha belajar komputer.

Kala itu, untuk kursus komputer mahal, makanya untuk mengurangi pengeluaran dia belajar secara otodidak. Dia pun ikut dalam organisasi bahkan sempat mencalonkan diri sebagai Ketua BEM FPIK.

Memang tak mudah untuk berjalan dua kali sekaligus, makanya kuliahnya sempat terganggu dan tahun 2009 dia berhasil lulus dan meraih gelar sarjana dengan IPK 3,35.

“Alhamdulillah saat wisuda, ibu saya bisa datang dan dampingi saya, itu adalah satu kenikmatan yang sangat luar biasa,” ucapnya dengan ekspresi haru.

Usai kuliah, dia pun kembali ke tanah kelahirannya di Sula. Keluarganya meminta pulang karena ada peluang honorer di Kantor Bupati Sula, kala itu Sula baru sekitar tujuh tahun berdiri, tentu masih banyak SDM yang dibutuhkan.

“Kaka Sepupu panggil honor di kantor bupati di bagian hukum pada akhir 2009,”katanya. Dan tentu ikhtiarnya berguna, tak hanya keilmuan tapi keterampilan komputernya juga sangat berguna saat honor.

Baca Halaman Selanjutnya..

Tahun 2010 ada seleksi CPNS dia pun ikut dan hasilnya lulus. Mimpinya menjadi PNS tercapai setelah melalui masa CPNS. ”Karena jaminan PNS lebih menjanjikan,” katanya.

Setelah resmi 100 persen menjadi PNS, karirnya mulai melejit. Mulai dari dipromosikan sebagai Kasubag Program dan Perencanaan pada Dinas Kelautan dan Perikanan.

Selanjutnya, Plt. Kepala Kantor Pengadaan Barang dan Jasa  Pemda Kabupaten Kepulauan Sula. Jabatan ini dipegangnya sekitar satu setengah tahun.

“Selanjutnya  balik lagi ke Dinas Perikanan sebagai Kepala Seksi,” katanya. Namun, tak selamanya naik. Tahun 2018, dia ditugaskan sebagai tenaga kependidikan sekaligus guru pada SMP di Desa Auponhia,” kenangnya.

Merasa tempat yang ditugaskan tak sesuai dengan keahliannya, dan suasana yang menurutnya tak lagi nyaman untuk bekerja, Ruslan mengajukan pindah ke Kabupaten Pulau Taliabu.

Di Taliabu dia langsung dipercaya menduduki jabatan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, lalu dipindahkan menjadi Kepala Bidang Anggaran dan Akuntasi  pada Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

“Saya jadi kepala bidang di Bapenda Kurang lebih 3 tahun selanjutnya diberikan amanah sebagai plt. Kepala Badan Pendapatan Daerah,” pungkasnya. (cr-04/nty)

Hasman Sangaji
Bobong

Exit mobile version