Mengenang Gempa Bumi dan Tsunami Ambon 1674, Sebuah Pelajaran Membangun Masyarakat Tsunami Ready

Pada aspek Penilaian, dua negeri ini mengkaji seberapa potensi bahaya tsunami yang diperkirakan melanda wilayahnya berdasarkan Peta Bahaya Tsunami yang dibuat oleh BMKG.

Berangkat dari kajian bahaya tersebut, Desa kemudian dapat memperkirakan berapa kira-kira jumlah yang berada di zona bahaya tsunami yang harus segera melakukan evakuasi, jika tsunami terjadi.

Dasar Penilaian ini kemudian menjadi pertimbangan untuk desa menyiapkan rencana Kesiapsiagaan, diantaranya dengan menyiapkan sarana evakuasi (peta, rambu, dan tempat evakuasi), melakukan edukasi dan Latihan Tsunami (Tsunami Drill) dengan rutin.

Dengan anggaran yang dimiliki, Desa berinisiatif untuk melengkapi rambu-rambu arah evakuasi tsunami untuk dapat digunakan petunjuk untuk Masyarakat dan pendatang bila harus melakukan evakuasi.

Dua desa ini juga aktif melakukan Latihan Evakuasi Tsunami, berlari dari pesisir pantai menuju tanah tinggi untuk berkumpul di SMP 1 Ambon, lokasi yang saat kejadian Tsunami 1950 merupakan lokasi yang aman tidak terjangkau tsunami.

Untuk terus mengingatkan kesadaran masyarakatnya, sebuah lagu dengan judul Banjir Galala diciptakan dan dinyanyikan pada setiap peringatan Tsunami Ambon 1950. Syair lagu tersebut dibuat untuk mengingatkan Masyarakat akan ancaman Tsunami di wilayah mereka yang harus diwaspadai.

Aspek terakhir dari indikator Unesco Tsunami Ready adalah menyiapkan kapasitas respon. Dalam hal ini masyarakat desa berinisiatif menyiapkan sebuah command center yang selalu siaga dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi sederhana. Sistem sirene juga dibangun untuk memberikan perintah evakuasi kepada Masyarakat.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8

Komentar

Loading...