Mengenang Gempa Bumi dan Tsunami Ambon 1674, Sebuah Pelajaran Membangun Masyarakat Tsunami Ready

Tsunami Desember 1657 (atau 1659) yang terjadi di Pulau Buru dan Ambon yang terjadi setelah gempabumi. Tsunami menyebabkan kapal yang terjangkar di kedalaman 55-70 m naik dan berputar.
Tsunami 11 November 1659 di Pulau Teun (Tijau), Nila. Dua hari sebelum kejadian tsunami, tanggal 9 November 1659 sebuah gempabumi kuat terjadi di Pulau Teun disertai suara gemuruh.
Kemudian pada tanggal 11 November 1659, sebuah letusan kuat dari Gunung Api Teun (Funuweri) diikuti gemuruh seperti suara meriam, yang terdengar hingga Ambon dan Kepulauan Banda. Setelah itu tsunami tiba di Teluk Ambon dengan ketinggian mencapai 1-1,5 m.
Tsunami 28 November 1708 yang terjadi di Teluk Ambon. Tsunami tiba dengan suara keras bergemuruh membanjiri wilayah pesisir Teluk Ambon hingga ke lereng Gunung Batu Mera Kota Ambon.
Aliran balik tsunami menghancurkan jembatan, kemudian surut jauh hampir tidak terlihat. Banjir dan surut berlangsung begitu lama, terhitung 100-150 kejadian pasang dan surut yang berlangsung sampai jam 03.00 esok harinya.
Tsunami 5 September 1711 yang terjadi khususnya di Pantai Timur Ambon antara jam 22.00 dan 23.00, dan berlangsung hingga jam 08:30 pagi. Esok harinya, tanggal 6 September, air di teluk naik dan turun tiga kali dengan interval setengah jam. Kenaikan air sekitar 1,2 m menyebabkan 2 rumah hancur dan 2 anak tenggelam di Hative.
Tsunami yang terjadi tidak begitu lama pada 18 Agustus 1754 yang terjadi pada jam 15.30 di Ambon, Haruku, Saparua, dan Laot setelah kejadian gempa bumi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar