Mengenang Gempa Bumi dan Tsunami Ambon 1674, Sebuah Pelajaran Membangun Masyarakat Tsunami Ready

Gempa saat itu telah mengakibatkan sekitar 2.322 orang meninggal, termasuk mereka yang dia cintai, istri dan anak perempuannya. Gempa juga meluluhlantakkan bangunan-bangunan di Ambon.
Gempa Ambon tersebut juga diikuti dengan terjangan tsunami dahsyat yang melanda hampir seluruh pesisir Pulau Ambon dan sisi Selatan Pulau Seram.
Setidaknya menurut catatan Rumpius, ada lebih dari 13 titik yang dihantam tsunami saat itu. Wilayah terdampak di Pulau Ambon diantaranya Larike, Nusa Telo, Ureng, Lima, Seyt, Hila, Hitu Lama, Mamala, Thiel, dan Paso Baguala.
Wilayah terdampak lain di luar Pulau Ambon adalah Seram Kecil, dan Huwamoal di Seram, Oma (Pulau Haruku), Nusa Laut, dan Pulau Manipa.
Kedahsyatan tsunami menurut Rumpius dituliskan bahwa tinggi tsunami di sisi Selatan Pulau Ambon daerah antara Hila dan Lima, mencapai 50 hingga 60 depa atau sekitar 90-110 meter, sampai ke puncak bukit-bukit di sekelilingnya.
Sejarah dan Sumber Tsunami Ambon
Tsunami Ambon Tahun 1674 bukanlah satu-satunya tsunami yang terjadi di Ambon. Latif, dkk (2016), dalam buku yang diterbitkan oleh UNESCO: “Air Turun Naik Tiga Negeri”, telah mengkompilasi dengan lengkap beberapa catatan Tsunami di Ambon dan sekitarnya yang diambil dari katalog Soloviev dan Go, (1974) dan sumber lainnya. Sejarah Tsunami di Ambon tersebut diantaranya:
Tsunami 29 Februari 1648 yang terjadi di Teluk Ambon. Diceritakan bahwa, paska gempabumi besar di sekitar Benteng Victoria, terdengar suara menderu dari lautan seperti badai kuat yang datang kemudian berlalu, tapi tidak menimbulkan kerusakan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar