Asman Ali Generasi Terakhir Perajin Bambu di Kelurahan Tongole, Kota Ternate
Hasil Kerajinannya Tembus Pasar Dubai dan Prancis

Namun, itu sekitar tahun 90-an. Kini, kondisinya mulai berubah. Sebab, meski masih punya pengetahuan anak-anak mulai sibuk dengan dunianya sendiri sekolah atau ingin beralih profesi lain yang menurut mereka lebih menjanjikan, seperti menjadi PNS dan pekerja kantoran lainnya.
Dan setelah tahun 2000-an perajinnya makin menipis. Jangankan punya insting, generasi muda atau generasi Z di Kelurahan Tongole, bahkan tak ada yang tahu mengolah batang bambu menjadi barang yang bentuknya sederhana sekalipun seperti meja.
“Bahkan saya sudah bikin pelatihan berulang kali tapi tidak ada anak muda yang berniat mengikutinya,” tutur Asman Ali, salah satu perajin Bambu Tongole saat disambangi Malut Post, Selasa (4/2).
Asman yang tengah sibuk membuat pendopo di lokasi wisata Cengkeh Afo itu mengaku, kecenderungan anak muda sekarang, enggan memegang perkakas dan merakit bambu karena memakan waktu dan agak ribet, dibandingkan dengan pekerjaan lain, yang menurut mereka lebih simpel. Padahal, kalau dilihat profesi perajin bambu masih sangat menjanjikan.
“Di Tongole ini dulu banyak perajin bambu, tapi sekarang tinggal sedikit atau hanya 6 orang yang tersisa salah satunya adalah saya. Semua pengrajin bambu orang tua,”tutur pria yang akrab disapa Ali sambil begitu telaten memanfaatkan perkakas di tangannya untuk menyiapkan kebutuhan pembangunan pendopo di tempat wisata yang baru di kawasan Cengkeh Afo itu.
Dia sudah mulai belajar merakit bambu sejak SD, namun baru memanfaatkannya sebagai ladang ekonomi keluarga, sekitar tahun 1987 atau setelah ditinggal sang ayah 30-an tahun silam.
Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang sudah tertanam sedari kecil, dipadukan dengan pengetahuan tambahan melalui pelatihan di berbagai daerah tentang inovasi dan kreasi mengolah bambu yang lebih modern, membuat hasil rakitannya bukan kaleng-kaleng.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar