78 Tahun, HMI Kehilangan Icon Intelektual – Cendekiawan

Tak heran, kalau dimasa kebangkitan HMI, HMI bagaikan organiasi lumbung intelektual bahkan disebenarkan oleh seorang imam besar katolik dan mengajar filsafat yakni Prof. Dr, Franz Magnis Suseno organisasi HMI menjadi dapur dan episentrum Intelektual yang memproduksi kader-kader terbaik bangsa ini.
Kita tentuh berharap demikian?. Namun, makin tua organisasi ini, hilang tajih intelektualnya. 78 Tahun Seharusnya HMI menata dirinya. Membenahi beragam persoalan yang muncul dalam internal HMI, mulai dari; Melakukan pembaruan pada metode kaderisasi yang makin tertinggal dan tak relevan dengan zaman
Tatakelola organisasi berbasis digital abad 21, membangun kemandirin ekonomi organisasi, mengoptimalkan potensi kader melalui karya menulis bahkan sampai pada memudarnya tradisi intelektual, dan menginternalisasi secara kritis Nilai Dasar Perjuangan (NPD HMI) secara komprehensif.
Dari situlah, hemat saya, HMI akan kembali khittah untuk menghadirkan pembaruan secara fundamental untuk menciptakan icon-icon Cendekiawan-Intelektual, Intelektual-Cendekiawan muda ditubuh HMI. Hanya dengan dua modalitas itulah, bagi penulis HMI akan kembali bangkit dan keluar dari keterpurukannya.
Karena itu, gerakan pembaharuan terhadap HMI, wajib untuk terus dibumikan. Agar bisa melahirkan kader yang istilahkan David Epstein, dalam karyanya: “Range”, generalis. Bukan kader yang hanya spesialis pada satu bidan disiplin ilmu.
Mengutip ungkapkan “David Epstein”, Kader generalis adalah mereka yang kreatif (inovasi) yang tidak hanya spesialis pada satu bidang melainkan mencoba pada semua bidang ilmu pengetahuan.
Harapan kita diusia HMI yang ke-78 Tahun ini, HMI harus kembali menegaskan kiprahnya sebagai organisasi gerakan pembaharun bagi semangat Ke-Islaman, Ke- Indonesian dan Ke-Modernan bagi kemajuan umat dan bangsa.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar