78 Tahun, HMI Kehilangan Icon Intelektual – Cendekiawan

Rasanya, 78 Tahun HMI tak ubahnya seperti kakek tua yang tak lama lagi akan punah ditelang zaman. Penulis, membayangkan kalau kader HMI disetiap Rak, Konfercab dan Kongres bahkan setiap kaderisasi Basic Training LK-1.
Intermediate Training Nasional LK2, Senior Course, Bahkan Advance Training Nasional LK3 tak memproduksi dialektika pikiran-pikiran segar, kritis, progresif, berkemajuan, transformatif untuk membangun HMI.
Maka, tunggu saja HMI akan mengalami kepunahan. Karena setiap kadernya tak lagi menjaga ruh dan spirit awal berdirinya HMI. HMI harus berani keluar dari noltalgia masa lampu, kita terlalu berbangga diri pada sejarah dan mengandalkan kebesaran tokoh-tokoh HMI.
Kita lupa, menciptakan sejarah baru buat HMI diera post truth hari ini. Alhasil, kita tenggelam pada msa lampau dan tak bangkit dari kemelut ditubuh kita sendiri yang lambat laut menciptakan kader-kader pragmatis dan oportunis.
Tak ada lagi kekritisan dan semangat berjuangan untuk kepentingan umat dan bangsa, yang ada perjuangan kelompok, gerbong, induvidu yang memiliki hasrat berkuasa semata.
78 Tahun, HMI Kehilangan Icon Intelektual-Cendekiawan
78 Tahun usia HMI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kehilangan icon-icon intelektual-cendekiawan bernas ditubuh HMI seperti : Kakanda Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Amien Rais, Yudi Latif, Syafi’i Maariif, Kuntowijoyo, Komaruddin Hidayat, Taufik Ismail, Mahmud MD, Mukti Ali, Anas Urbaningrum, Anies Baswedan dan lainnya.
78 Tahun, HMI harus kembali menancapkan dan melahirkan poros kebangkitan icon-icon intelektual muda seperti fase kebangkitan gerakan pembaharuan pemikiran pada fase tahun 1970-an, 80-an dan 90-an dimana HMI dikenal sebagai kekuatan intelektual yang cukup disegani pada saat itu.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar