Pilgub dan “Keruntuhan” Narasi Besar

Dan kemenangan telak Sherly Tjoanda mengalahkan Sultan Tidore, Aliong Mus, Muhammad Kasuba menurut Zizek dalam bukunya Living in the End Times (dikutip dalam Abdil Mughis Mudhoffir, 2011), ia (Zizek) mendedah persoalan-persoalan tak terselesaikan pertanda berakhirnya kekuatan besar.

Argumen utama Zizek, kekuatan besar (narasi besar) telah mendekati ajalnya menuju ke titik nol (apocalyptic zero-point) akibat krisis kemanusiaan yaitu penaklukan, konflik, kelaparan dan kematian yang tidak mampu diatasinya oleh narasi besar.

Meskipun dimulainya babak baru, “keruntuhan” narasi besar sebagai titik balik sejarah perpolitikan kursi kekuasaan Gubernur diduduki oleh perempuan pertama, Sherly Tjoanda, akan tetapi, jangan pernah menaruh harapan pada penguasa.

Sebagai politisi yang narasi-narasi politik cukup memikat dan mempesona, Sherly Tjoanda juga adalah pebisnis yang jaringan bisnisnya telah menggurita di berbagai sektor.

Dengan demikian berharaplah pada diri sendiri sebagai subyek otonom bahwa hidup selalu ingin bergerak, mengalir, menentang berbagai macam kontradiksi bukan pada figur heroik yang memikat tetapi sekaligus menghambat perkembangan.

Oleh karena setiap kontradiksi akan mengantarkan seseorang yang secara emotif, selalu terhubung dengan kolektivitas besar sebagai agen transformatif ala Zizek dan selalu menantang narasi-narasi besar.

Angela Davis menulis, penting untuk menolak penggambaran sejarah sebagai karya individu-individu heroik agar masyarakat saat ini dapat mengenali potensi mereka sebagai bagian dari komunitas perjuangan yang terus berkembang.(*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Kamis, 19 Desember 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2024/12/kamis-19-desember-2024.html

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...