(Refleksi Memperingati Hari Ibu)
Perempuan dalam Tuntutan dan Tekanan

Minimnya komunikasi dalam keluarga mendorong ketertumpukan berbagai permasalahan yang tidak terurai seperti meningkatnya tuntutan kebutuhan ekonomi, biaya pendidikan anak dan biaya servis sosial (menghadiri silaturrahmi keluarga, hajatan nikah, arisan, majelis ta’lim, melayat orang wafat, biaya ulang tahun yang kesemuanya berbasis anggaran).
Tingginya biaya rumah tangga dipicu salah satunya adalah tidak terkendalinya inflasi berdampak luas pada semua sektor tidak terkecuali rumah tangga yang menerima dampak cukup signifikan.
Dampak yang tidak terhindarkan adalah melambungnya harga kebutuhan pokok yang mempengaruhi postur belanja rumah tangga, menambah tuntutan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan ditengah tekanan pendapatan dan belanja yang tidak berimbang yang harus dipenuhi.
Menambah beban pikiran dan meningkatkan tekanan psikologis yang tidak terurai melalui komunikasi dua arah secara memadai sehingga akhirnya mengalami ketersumbatan yang memicu tingginya tekanan depresi dengan daya rusaknya yang mematikan.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) merespon tingginya angka kekerasan perempuan dan bunuh diri dengan mengusung agenda pencegahan melalui tema “Mulailah Percakapan” (Start The Conversation).
Tema ini menunjukan pentingya mereduksi dampak digitalisasi (Efek Penggunaan Gadget) bersama namun kurang terbangun komunikasi (Silent Treatment) berbagai kasus kekerasan dan perceraian yang dipicu kurangnya komunikasi yang menggerogoti hubungan suami istri dan tingkat kekerasan dalam rumah tangga.
Fenomena ini menjadi tren yang cukup mengkhawatirkan utamanya rumah tangga muda sebagai dampak disrupsi dari revolusi digital sehingga mendorong semua pihak untuk bersinergi dalam rangka mengurangi dampak trauma berkelanjutan terhadap warga masyarakat agar mendeteksi lebih awal fenomena dan indikasi keinginan bunuh diri pada seseorang.
Terutama anggota keluarga terdekat, berupaya merangkul, memahami dan membangun komunikasi untuk mencegah dan menjauhkan dari stigma yang menghancurkan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar