2024: Perebutan “Kursi Panas” Maluku Utara

Rakyat harus selektif memilih pemimpin, sebab ketika rakyat memilihnya, maka rakyat ikut bertanggungjawab atas nasip Malut kedepan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria yang dapat dilihat dari ke-empat kandidat tersebut, kita contek dari konsep pemikir politik tentang idealnya seorang pemimpin.
Pertama: Pengaruh, menurut *John C. Maxwell* bahwa seorang pemimpin harus punya pengaruh. Rakyat harus lihat seberapa berpengaruhnya Paslon yang akan dipilih yang mampuh mereka tunduk pada perintahnya dan mengikutinya. Kedua: Kekuasaan (the power), dalam kontes ini calon pemimpin harus mampu berkuasa, agar rakyatnya bergantung padanya (Harries Madiistiyanto: 2019). Ketiga: kemampuan, seorang pemimpin harus cerdas dan punya kemampuan untuk memimpin dan menjadi teladan bagi pengikutnya (M. Sobry Sutikno: 2018).
Lebih dalam lagi menurut pengamat politik *Rocky Gerung* (2024), bahwa Pemimpin harus punya Etikabilitas, Intelektualitas dan Elektabilitas. Artinya dalam kontes ini rakyat harus menakar setiap kandidat bahwa harus ada ketiga kriteria itu. Pertama, seorang calon pemimpin harus memiliki moral dan etika yang tinggi, agar dalam kepemimpinannya dapat melahirkan keputusan dan kebijakan yang memanusiakan manusia serta mampu menahan diri.
Kedua, seorang calon pemimpin harus memiliki pengetahuan dan ilmu yang cukup untuk menciptakan peradaban baru yang penuh kebahagiaan dengan strategi yang tidak biasa. Ketiga, seorang calon pemimpin harus dikenali masyarakatnya dan memiliki citra yang baik dengan rekam jejak yang bisa dipercaya serta memiliki hubungan baik dengan masyarakatnya.
Memperdalam kriteria itu, *Plato* (1998) merupakan seorang filsuf Yunani yang berguru pada filsuf terkemuka yaitu *Socrates*, memberikan kriteria bahwa pemimpin yang ideal dalam pandangannya adalah pemimpin yang mengerti filsafat (Efatha: 2023). Filsafat tentang kepemimpinan dan kehidupan, agar eksistensi mereka setelah menjadi pemimpin Malut, benar-benar memahami akar permasalahan tidak berkembangnya Malut dan cara keluar dari masalah yang paling mendasar.
Ia juga mengatakan bahwa pemimpin harus siap mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan rakyatnya (Bertens: 1993). Plato juga menegaskan bahwa pemimpin harus berpedoman pada prinsip-prinsip keadilan sejati (Efatha: 2023). Sama dengan itu, *Julius* sebagai konsultan bijaksana di era Romawi Kuno yang terkenal, menegaskan bahwa pemimpin harus adil dan tidak berpihak (Dion Yulianto: 2023).
Secara sederhana calon pemimpin harus, religious, intelek, integritas, adil, visioner, responsif, ber-power, tidak koruptif, strategis, pejuang dan solutif. Hal-hal demikian menjadi point penting untuk menentukan pilihan masyarakat Malut dalam Pilkada Tahun 2024 pada bulan November mendatang (apakah ke-empat kandidat memiliki kriteria itu?).
Sebagai penutup, saya mengutip kata *John C. Maxwell* bahwa “Kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, tetapi tentang pelayanan”. Dan sebagai kader GMNI Malut, saya mengenyam motto filosofi perjuangan bahwa pemimpin harus memiliki jiwa pejuang dan berjiwa pemikir (Pejuang Pemikir-Pemikir Pejuang).(*)
Komentar