Mempertanyakan Pernyataan Kakanwil Kemenag

Oleh : Yusuf Hasani(Direktur Maluku Utara Government Watch)

Kenyataan ini disebut sebagai pemaksaan kehendak, karena secara sosiologis tidaklah  mungkin mayoritas umat Islam Jakarta memilih Ahok yang dinilai melakukan penodaan terhadap agama Islam (baca penggunaan Q.S Almaidah 51) Anehnya, cara ini coba dipakai  untuk  menghalangi umat Islam  Malut,  memilih pemimpin dari kalangan kaum muslimin. Sejatinya para pihak, menyadari bahwa umat Islam di Malut adalah orang beriman dan memiliki pikiran, jangan  dianggap domba-domba sesat. Itu sungguh tak elok.

Dalam kamus bersar bahasa Indonesia  identitas artinya ciri-ciri atau jati diri. Kata identitas berasal dari identity artinya yang memiliki tanda, ciri  atau jati diri yang melekat pada suatu individu atau kelompok social atau sesuatu yang membedakan dengan yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka jelas Islam memiliki ciri dari jati diri yng membedakan dengan yang lain, dalam hal memilih pemimpin, misalnya .

Dalil tentang persyaratan pemimpin termaktub didalam kitab suci Al Quran. Bahkan Undang-undang Dasar 1945 ,pasal 29  menyebutkan ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.  Perintah konstitusi ini sejalan dengan ketentuan ketab suci. Al Quran. Dengan demikian,  umat Islam  berkewajiban memilih pemimpin sesuai dengan ajaran Islam. karena Islam memiliki panduan dalam memilih pemimpin. Jadi, bila ada pihak yang melarang politik identitas, berarti menentang ketab suci dan konstitusi.

Penggunaan politik identitas dalam hajat politik pilkada adalah sesuatu yang lumra, misalnya penulis orang Ternate memilih calon orang Ternate, atau saya muslim memilih pemimpin kaum muslimin. Fakta seperti ini biasa-biasa saja dalam alam demokrasi. Akan tetapi, bersiayasah ala Amar Manaf, dapat dikatakan termasuk kategori cawe-cawe. Baik pula, bila pak Kakanwil fokus saja pada tugas dan fungsi kemenag, sehingga berbagai program tertunaikan secara baik dan efektif.

Berbagai problem umat membutuhkan sentuhan dan bimbingan dari kemenag. Utamanya lembaga pendidikan keagamaan,  baik, kualitas maupun kuantitas sumber daya manusianya. Peliharalah citra kemenag sebagai pengawal - penjaga moral dan aqidah umat. Pertanyaan yang lahir kemudian adalah bagaimana mungkin seseorang melepaskan jati dirinya atau kepribadiannya, hanya karna memilih calon tertentu, Untuk itu public dan Bawaslu perlu mencermati berbagai upaya politik yang berpotensi melanggar peraturan perundang-undangan. Menggaungkan politik identitas sama halnya dengan menghidupkan  ingatan public muslim tanah air tentang pilkada  Jakarta yang menjadi kehebohan nasional.

Perlu di catat bahwa dalam politik pilkada terdapat pula penguatan sentimen premordialisme. Penguatan sentiment premordialisme dalam batas tertntu bermakna positif, misalnya, untuk menguatkan ikatan premordial yang selama ini digerus oleh arus modernisme dan materealisme. Ikatan premordialisme sulit terhindar dari pelaksanaan politik pilkada , apalagi pelaksanaan pilkada  dimaknai sebagai suatu ancaman terhadap kepentingan dan eksistensi kelompok premordial tertentu.

Loyalitas primordial seperti ini, menurut Elvy Yuliansyah (2007:17) tidak bisah dipisahkan dari keadaan -keadaan yang membentuk hubungan psykologi social yang tampil dalam pentas politik local. “Warna tampilan akan mempengaruhi hubungan emosional berskala micro antar pemilih (voters) dengan para kontestan yang ditampilkan untuk membentuk image mewakili kelompok suku bangsa, agama dan latar belakang sosialnya” Karakter seperti ini terdapat di Maluku Utara yang masyarakatnya heterogen, yakni terdiri dari berbagai pulau, suku dan agama.

Politik biasa diartikan sebagai art of possible (seni dari semua kemungkinan). Dari sudut pandang keilmuan, politik diartikan sebagai cara merebut atau perjuangan- memperoleh kekuasaan (struggle of power) atau mempertahankan kekuasaan. Bahwa upaya meraih kemenangan dalam suatu pertarungan politik seperti pilkada amat tergantung dari kemampuan mengartikulasi berbagai kemungkinan menjadi kenyataan. (*)

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...