Tetaplah di Jalan Dakwah

Tak heran dari semua yang telah dilakukan, HMI tak dibubarkan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1965 atas hasutan tokoh nasional PKI yakni D.N. Aidit yang sejak awal tak menghendaki keberadaan HMI dan memprovokasi Bung Karno bahwa HMI kontra revolusioner.
Serta juga Panglima Besar Republik ini Jendral Soedirman menyebutkan HMI tak sebatas Himpunan Mahasiswa Islam akan tetapi juga Harapan masyarakat Indonesia.
Menulis tantang HMI bagi penulis sendiri adalah hal yang menarik, bukan berarti menunjukan diri karena berlatar belakang HMI sebab hemat penulis telah banyak yang mengulas HMI dari faktor historis bahkan juga pemikiran yang ditawarkan oleh HMI baik itu para kader ataupun pihak luar yang tertarik untuk membicarakan HMI.
Tulisan ini hadir melainkan membicarakan satu poin penting dari HMI itu sendiri, yakni memaknai HMI sebagai jalan dakwah. Inilah yang hendak penulis sentil dalam tulisan sederhana ini dengan harapan seluruh anggota dan kader HMI mampu memaknai eksistensinya dalam ber-HMI.
Mengurai perjalanan dan dinamika dari sejarah perjuangan HMI dalam forum perkaderan tak bisa dilepaskan dalam pembicaraan Sejarah Peradan Islam.
Mengapa demikian? Penulis memahaminya sebagai refleksi dan korelasi dalam menemukan makna dari Sejarah Peradaban Islam bagi eksistensi dan perjuangan HMI.
Telah banyak literatur yang mengulas Sejarah Peradaban Islam yang dari sumber-sumber tersebut mengilhami kita mengetahui Identitas, Esensi dan Nilai dari Peradaban Islam.
Membicarakan Peradaban Islam tak akan lengkap jika tidak mengulas sosok yang paling berpengaruh dalam sejarah, sosok agung, manusia suci yang paripurna, Nabi Muhammad SAW sebagaimana Michael H. Hart menuliskan dalam bukunya A Rangking of the Most Influential Person of History.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar