Daya Dukung Lingkungan Sudah Terlampaui, Tambang di Halmahera Perlu Dibatasi

Tangkapan layar video drone Diskominfo Halteng di atas Desa Lukolamo, saat dilanda banjir.

Rifya mengaku merasakan perubahan yang sangat besar, terutama dampak lingkungan. Embun pagi yang dulu bening kini berbintik hitam, nelayan tak bisa lagi melaut karena ikan semakin sedikit dan tercemar, tumbuhan banyak yang punah dan makin susah ditemukan, dan paling fatal adalah kelangkaan air bersih. Padahal dulu air bersih melimpah ruah di Sagea.

“Bahkan ada jasad warga yang meninggal dimandikan pakai air galon, karena enggak ada air sumur yang bersih,” ujarnya menambahkan.

Pihak Kementerian ESDM yang diwakili Koordinator Hubungan Komersial Kementerian ESDM Christo A. Sianturi

menjelaskan, bagaimanapun tujuan investasi pertambangan nikel umumnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Pemerintah berharap masyarakat sejahtera, mandiri dan berkelanjutan.

“Soal IUP, dalam persetujuan RKB mereka akan mencermati, mengevaluasi dan melakukan pengawasan pada titik- titik pengamatan. Ada monitoring pengawasan,” ujarnya menambahkan.

Christo mengatakan, dalam Penyusunan studi kelayakan dan program pengembangan masyarakat (PPM), masyarakat dilibatkan untuk penyusunan program-program terutama masyarakat di ring 1.

Tapi Pius Ginting dari AEER menekankan produksi tambang di Halmahera Tengah perlu dibatasi. Alasannya, karena daya dukungan sudah terlampaui, banjir sudah sering terjadi dengan durasi lebih lama dan lebih sering.

“Belum ada kajian lingkungan hidup strategis di kabupaten di wilayah pertambangan ini. Ada masyarakat yang rentan dan aspek ekonomi lain yang hilang,” ujarnya. (ikh)

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...