Sebuah catatan singkat; Yazhar
___
Harus jujur kita ungkapkan, jazirah Al-mulk memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar dan melimpah dari sektor laut dan darat. Belum lagi ragam bahasa dan tradisi, yang memiliki eksistensi dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Aneh tapi nyata, fakta menunjukkan sikap kita dalam memahami sejarah bangsa sebagai identitas kultural seakan sebuah drama yang habis dimakan waktu. Kesadaran kritis tidak terbangun dalam menelusuri jejak sejarah bangsa, pada akhirnya memunculkan subjektifitas dalam memberikan argumentasi Sejarah, narasi yang sarat makna ini seyogianya menggugah interpretasi yang cukup mendalam, sebabnya lah sekelupas pemikiran ini mulai di tulis.
Kata Sejarah cukup banyak di ketahui khalayak luas, olehnya tak perlu tulisan singkat ini menjelaskan nya kembali, Sejak beberapa abad sebelum Masehi para saudagar Arab, melalui samudra Hindia melintasi Iskandaryah dan laut tengah, serta pedagang cina melalui jalur sutra melalui Asia Tengah, dan Asia Barat yang membawa dan memperkenalkannya ke daratan eropa, Bandar-bandar besar tyre di Yunani dan Venesia di Italia menjadi pelabuhan utama rempah-rempah Maluku memasuki perubahan dan peradaban Eropa.
Selain sebagai bumbu masakan, rempah obat, dan ramuan wewangian, juga menjadi bahan utama pengawet bahan pangan, inilah yang membuat bangsa eropa pertama kalinya dapat mengawetkan dan menimbun makanan selama ber musim-musim, bukan hanya itu catatan para biarawan Fransiskan yang di salin dan di kutip oleh van frassen menyebutkan cengkeh merupakan bahan utama pengawet mumi pada massa Fir’aun penguasa Mesir kuno, beberapa sejarawan dan arkeolog menyebutkan bahwa rempah-rempah Maluku bahkan sudah di temukan artefaknya di lembah Mesopotamia (Irak dan sekitarnya) pada 3.000 tahun sebelum Masehi. (Bryerli.1994.) (Catatan rempah.2013).
Rempah Cengkeh akhirnya mempengaruhi perekonomian dan perdagangan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang, rempah-rempah (cengkeh) juga merupakan faktor yang Paling menentukan kemunculan satu babak yang paling mengenaskan dalam catatan politik dunia, yakni zaman kolonialisme (penjajahan) eropa terutama atas negri-negeri Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Baca halaman selanjutnya…
Tergiur oleh syahwat menguasai rempah-rempah cengkeh oleh bangsa-bangsa Eropa (Portugis, spanyol, inggris, dan belanda) mereka berhasil melakukan ekspedisi besar-besaran dan berhasil sampai ke negeri asal rempah itu di temukan yakni Maluku dan melakukan kontak perang -+ di abad ke 16. (Ekspedisi Remah.2013). abad ke 16 peta penjelajahan oleh seorang dari semenanjung Iberia Fransisko Rodriguez menulis “ethsas quartro ilhas azures suam as de molluquo homde nace ho crouzo” berarti adalah 4 pulau berwarna biru dalam peta yang di sebut sebagai kepulauan Maluku di mana itu rempah-rempah berasal. (pires. 1512-1515).
Kepulauan tersebut yang kita kenal hari ini adalah Ternate, Tidor, moti dan makian. Sebagai bagian dari sejarah yang diyakini menjadi roda pemutar perdagangan dan hasil rempah terbaik, Maluku (Ternate, Tidore, Moti, Makian) tentunya memiliki kaitan erat antara pedagang islam dengan misi islam, pada saat para saudagar Arab ini melakukan pelayaran sampai ke negeri kepulauan, disebebkan masa itu rempah cengkeh tidak di temukan di belahan dunia manapun.
De Graf mengatakan Islam masuk ke Maluku pada abad ke 14 dalam catatan sejarah daerah Maluku, sementara beberapa Sumber lain mengatakan Islam masuk ke wilayah ini melalui pedagang Arab Persia Gurajat, disertai dengan misi perdagangan dan pencarian rempah-rempah di kepulauan Maluku (Dr. Haris Mpd. Kebijakan kepemimpinan pendidikan Islam di sejarah pendidikan Islam. hal. 115.) Menurut M.S. Putuhena sebagaimana di Kutip dalam buku sejarah masuknya Islam di Maluku (2012).
Masuknya Islam ke Maluku Utara diperantarai oleh empat syekh dari Irak (Persia), pada akhir abad 2 Hijriah tepat abad ke 8 M. Ke empat syekh itu adalah syekh Mansur yang mengajarkan Islam di Ternate dan Halmahera muka, syekh Yakub mengajarkan Islam di Tidore dan Makian, syekh Amin dan syekh Umar mengajarkan Islam di Halmahera belakang, Maba, Patani, dan sekitarnya.
Proses Pengislaman di lakukan melalui dua jalur, yakni Jalur atas dan jalur bawah, jalur atas melalui pengislaman penguasa disaat itu dan jalur bawah melalui usaha perorangan di Tengah masyarakat pada abad ke 15. sampai dengan tulisan ini terbit, penulis belum menemukan sumber lain yang menjelaskan bgmna misi gerak langkah pengislaman perseorangan yang di lakukan oleh syekh Yakub di Makian, sebagaimana di jelaskan oleh M.S. Putuhena di atas.
Konon katanya disebutkan bahwa syekh-syekh tersebut merupakan pelarian dari Persia karena di kejar-kejar oleh penguasa Islam saat itu, bani umayah dan bani Abbasiyah alasannya adalah karena paham yang di anut para syekh itu adalah Syi’ah, maka untuk menyelamatkan diri para syekh itu lari ke timur dan tiba di Maluku. Hal demikian belum dapat anggap benar semestinya, sejalan dengan itu pernyataan prof.
Hamka dalam bukunya sejarah ummat Islam Indonesia mengatakan bahwa sejak 650 M yakni 7 tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw, para pedagang telah membawa rempah-rempah cengkeh dan pala ke pelabuhan-pelabuhan di teluk Persia untuk di perjual belikan di dataran Eropa. Pada masa itu telah ramai pedagang-pedagang arab dan Persia (Iran-Irak) yang berlayar menuju Maluku dan Maluku Utara untuk mencari rempah-rempah yang sangat mahal di Eropa itu.
Selanjutnya disinyalir bahwa pedagang-pedagang itu telah menikah dengan perempuan pribumi, berdiam di sana atau meninggal disana. Hamka (1976). Thom Pires mengatakan bahwa Banda, Hitu, Makian, dan bacan sudah ada kehidupan masyarakat sejak 50 tahun sebelum Portugis tiba di Maluku.
Sejalan dengan beberapa sumber diatas, (Tafasoho) makian dalam kontestasi perdagangan apakah merupakan salah satu target sasaran oleh para saudagar Arab juga ataukah tidak, hal ini kemudian menjadi pertanyaan yang harus mampu di jawab, sebagaimana disebutkan bahwa, makian juga termasuk salah satu penghasilan cengkeh terbaik di masa itu, Jurnal penelitian Syahrudin Mansyur, tentang benteng kolonial Eropa di pulau makian & moti 28/09/2015.
Baca halaman selanjutnya…
Menyebutkan Tafasoho merupakan permukiman yang sudah cukup besar pada saat itu. diketahui bahwa pedagang arab melakukan suatu persinggahan ataupun menetap dalam suatu daerah tertentu manakala sudah ada aktifitas kehidupan di daerah tersebut. Olehnya tidak menutup kemungkinan hipotesa saya kepada para saudagar arab ini selain berdagang misi Islamisasi pun bisa terjadi di tafasofo.
Tentang islam di tafasoho, beberapa Hikayat menyebutkan bahwa pada mulanya ada salah seorang syekh Bernama (syaidina ibrahim) berkebangsaan Arab berasal dari kota Basrah Irak, hidup di masa ke khalifaan Bani Abbasiyah, melakukan perjalanan sampai ke Maluku dan singgah Tafasoho pulau makian. kemudian mendiami wilayah tersebut dalam waktu yang cukup lama, beliau di terima dengan baik oleh suku asli disana, yakni suku palanoa, dan menikahi salah seorang putri dari suku palanoa bernama Boki Mihir Migar, diriwayatkan bahwa (syaidina ibrahim) adalah seorang dengan adab, sopan santun serta tinggi ilmunya, beliau kemudian mendirikan kelompok-kelompok majelis dengan maksud mengajarkan Islam di tafasoho, diceritakan masyarakat tafasoho beranggapan bahwa beliau berasal dari Jawa, sehingga Masyarakat tafasoho kemudian membangunkan sebuah rumah sebagai tempat tinggalnya (syaidina ibrahim) yang selanjutnya disebut falajawa dalam bahasa Ternate bermakna rumah untuk orang Jawa, selanjutnya berkembang menjadi sebuah kompleks di Tafasoho (makian) saat ini. Sejalan dengan perkataan Hamka (1976) disinyalir bahwa pedagang-pedagang itu telah menikah dengan perempuan pribumi, berdiam di sana atau meninggal disana.
Kedatangan (syaidina ibrahim) terbilang cukup masuk akal sebagaimana hingga saat ini terdapat jejak peninggalan yang masih di rawat oleh masyarakat tafasoho tersebut, sebuah makam tua berukuran besar layaknya kuburan Arab, berukuran Panjang hampir tujuh meter olehnya masyarakat setempat menjadikan itu sebagai Keramat yang selanjutnya makam itu di sebut-sebut sebagai makan (syaidina ibrahim).
sejalan yang di tulis oleh seorang berkebangsaan libanon, Philip K. Hitti dalam History Of Arabs,Hal 428-430, menyebutkan bahwa orang islam di masa dinasti Abbasiyah lebih suka berdagang dari pada bertani, Pelabuhan-pelabuhan seperti baghdad , Bashrah, Siraf (siraf), penduduk siraf dan oman di kenal sebagai pasukan marinir dinasti Abbasiyah paling awal), Kairo, dan Iskandariyah segera berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan darat dan laut yang akitf. Di sebelah timur, para pedagang islam telah menjelajah hingga ke cina, yang berdasarkan Riwayat berbahasa arab, telah di lakukan di masa dinasti abbasiyah yaitu khalifa ke 2 al-manshur.
sumber arab paling awal yang menyinggung tentang hubungan maritim arab dan Persia dengan india dan cina berasal dari laporan perjalanan Sulayman Al-Tajir dan para pedagang muslim lainnya pada abad ke tiga Hijriah. yang menjadi tulang punggung ini adalah sutera, yang merupakan konstribusi terbesar orang cina kepada dunia barat, dan biasanya menyusuri jalur perdagangan yang di sebut “Jalur Sutera” yang menyusuri Samarkand dan Turkistan cina.
Para pengusaha dari basrah yang membawa dagangan nya dengan kapal laut ke berbagai negri yang jauh, masing-masing membawa lebih dari satu juta dirham, biasanya di angkut secara estafet; hanya sedikit kafilah yang menempuh sendiri perjalanan sejauh itu, di riwayatkan bahwa sa’d ibn abi Waqqash, menjadi duta yang di kirim Nabi ke Cina, makam sa’d ibn abi Waqqash masih bisa di temuka di konton. Pada pertengan abad ke 8 telah di lakukan pertukaran Duta, dalam catatan cina abad itu, Kata Amir al-muminin, di ucapkan dengan “hanmi mo mo ni”,Abu Al-abbas Khalifah dinasti Abassiyah pertama, A.bo Lo ba dan Harun, A. Lun.
Pada masa khalifah-khalifah itu terdapat sejumlah orang islam yang menetap di cina. Pada mulanya itu orang islam di kenal dengan sebutan “ta syih” dan kemudian Hui Hui. (pengikut Muhammad). Catatan pertama orang eropa yang menyebut tentang orang Saracen di cina adalah catatan perjalanan marko polo, adalah para pedagang muslim yang kemudian membawa islam ke negri kepulauan, pada tahun 1949 membentuk republik Indonesia serikat.
Baca halaman selanjutnya…
Laut kaspia menjadi menjadi titik pertemuan dagang yang faforit, para pedagang muslim memabwa kurma, gula,kapas, dan kain wol, juga peralatan dan baja dan gelas; mereka mengimpor barang dagangan seperti rempah-rempah, kapur barus, dan sutera dari Kawasan Asia yang lebih jauh.
Lalu apakah tafasoho itu, satu Hikayat menyebutkan asal usul nama tafasoho berasal dari komunitas orang berilmu yang di bimbing oleh (syaidina ibrahim), dimana sebelumnya daerah tersebut bernama mateketen yang berarti semenanjung atau tanjung, disebut semenanjung karena mateketen berada paling ujung apa bila di lihat dari sederet pulau-pulau kie raha. Hingga disebutkan bahwa kie raha ma surabi ma kie Besi.
Disebutkan nama tafasoho diambil dari potongan ayat Al-Quran surah Al-mujadilah ayat 11, yakni tafassahu fil Majlisi yang berarti berlapangan- lapangan dalam majelis, (syaidina ibrahim) mencoba meletakkan dasar pembelajaran ilmu tentang tasawuf di mateketen (syariat, Tarekat, Hakikat, ma’rifat). Ketika sudah semakin luas dan berkembang sehingga ilmu tasawuf ini kemudian tersohor pada masanya selanjutnya di sebut tafasoho (tasawuf yang Tersohor).
Berbeda pandangan yang di tulis M.S. Putuhena, hikayat tentang empat orang syekh ini bukanlah para syekh berpaham sy’iah, melainkan empat orang syekh di sebutkan bahwa mereka ini adalah sahabat dan juga murid dari (syaidina ibrahim), yang setelah mendudukan pondasi tasawuf di mateketen, selanjutnya memerintahkan untuk empat orang sahabat juga muridnya ini untuk mendawah kan islam ke ternate dan Halmahera muka dibawah oleh syekh mansur, ke tidore yang di bawa oleh syekh yakub, dan ke Halmahera belakang maba, Patani dan sekitarnya di bawah oleh syekh Amin dan syekh Umar. Pelaksanaan perintah tersebut karena di masa itu, Kerajaan-kerjaan di maluku masih bersifat kolano, sebelum berubah menjadi kesultanan. namun ini hanyalah Hikayat para leluruh yang masih di sampaikan hingga turun temurun kepada anak-cucu, sebagai warisan pengetahuan tentang Sejarah besar bangsanya sendiri.
Tidak hanya tentang tasawuf yang tersohor melainkan ada beberpa peninggalan yang sampai saat ini masih ada, yakni kota Raja yang di sebut-sebut sebagai batu arab yang memiliki nilai harga cukup fantastis selain itu juga bekas Rumah falajawa milik (syaidina ibrahim) yang di bangun pada masa itu sampai hari ini tidak di tumbuhi oleh rumpu-rumput dan pohon-pohon di lahan tersebut, Lokasi nya berada di palao dagai hingga hari ini masih di jaga.
satu wilayah paling timur yang dijajaki oleh imperium-imperium besar bangsa Arab dan Eropa. Pada posisi ini seharusnya, kita kembali membaca dan melacak sejarah bangsa kita, sebagai etika kultural yang perlu diskusikan. Hal demikian menjadi dasar untuk meletakkan arah bangsa yang berorentasi masa depan. Orisinalitas kebudayaan sebagai identitas promordial setiap bangsa, menjadi rujukan untuk mengarahkan suatu bangsa melalui catatan masa lalu, yang dibedah menjadi sebuah cara pandang kita memiliki nilai dan harus tumbuh dalam kehidupan berbangsa bahkan bernegara, demikian saran dan kritik diperlukan untuk kemajuan ke arah yang lebih baik. (*)