“TAFASOHO, JEJAK HIKAYAT PARA LELUHUR”

Tergiur oleh syahwat menguasai rempah-rempah cengkeh oleh bangsa-bangsa Eropa (Portugis, spanyol, inggris, dan belanda) mereka berhasil melakukan ekspedisi besar-besaran dan berhasil sampai ke negeri asal rempah itu di temukan yakni Maluku dan melakukan kontak perang -+ di abad ke 16. (Ekspedisi Remah.2013). abad ke 16 peta penjelajahan oleh seorang dari semenanjung Iberia Fransisko Rodriguez menulis "ethsas quartro ilhas azures suam as de molluquo homde nace ho crouzo"  berarti adalah 4 pulau berwarna biru dalam peta yang di sebut sebagai kepulauan Maluku di mana itu rempah-rempah berasal. (pires. 1512-1515).

Kepulauan tersebut yang kita kenal hari ini adalah Ternate, Tidor, moti dan makian. Sebagai bagian dari sejarah yang diyakini menjadi roda pemutar perdagangan dan hasil rempah terbaik, Maluku (Ternate, Tidore, Moti, Makian) tentunya memiliki kaitan erat antara pedagang islam dengan misi islam, pada saat para saudagar Arab ini melakukan pelayaran sampai ke negeri kepulauan, disebebkan masa itu rempah cengkeh tidak di temukan di belahan dunia manapun.

De Graf mengatakan Islam masuk ke Maluku pada abad ke 14 dalam catatan sejarah daerah Maluku, sementara beberapa Sumber lain mengatakan Islam masuk ke wilayah ini melalui pedagang Arab Persia Gurajat, disertai dengan misi perdagangan dan pencarian rempah-rempah di kepulauan Maluku (Dr. Haris Mpd. Kebijakan kepemimpinan pendidikan Islam di sejarah pendidikan Islam. hal. 115.) Menurut M.S. Putuhena sebagaimana di Kutip dalam buku sejarah masuknya Islam di Maluku (2012).

Masuknya Islam ke Maluku Utara diperantarai oleh empat syekh dari Irak (Persia), pada akhir abad 2 Hijriah tepat abad ke 8 M. Ke empat syekh itu adalah syekh Mansur yang mengajarkan Islam di Ternate dan Halmahera muka, syekh Yakub mengajarkan Islam di Tidore dan Makian, syekh Amin dan syekh Umar mengajarkan Islam di Halmahera belakang, Maba, Patani, dan sekitarnya.

Proses Pengislaman di lakukan melalui dua jalur, yakni Jalur atas dan jalur bawah, jalur atas melalui pengislaman penguasa disaat itu dan jalur bawah melalui usaha perorangan di Tengah masyarakat pada abad ke 15. sampai dengan tulisan ini terbit, penulis belum menemukan sumber lain yang menjelaskan bgmna misi gerak langkah pengislaman perseorangan yang di lakukan oleh syekh Yakub di Makian, sebagaimana di jelaskan oleh M.S. Putuhena di atas.

Konon katanya disebutkan bahwa syekh-syekh tersebut merupakan pelarian dari Persia karena di kejar-kejar oleh penguasa Islam saat itu, bani umayah dan bani Abbasiyah alasannya adalah karena paham yang di anut para syekh itu adalah Syi'ah, maka untuk menyelamatkan diri para syekh itu lari ke timur dan tiba di Maluku. Hal demikian belum dapat anggap benar semestinya, sejalan dengan itu pernyataan prof.

Hamka dalam bukunya sejarah ummat Islam Indonesia mengatakan bahwa sejak 650 M yakni 7 tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw, para pedagang telah membawa rempah-rempah cengkeh dan pala ke pelabuhan-pelabuhan di teluk Persia untuk di perjual belikan di dataran Eropa. Pada masa itu telah ramai pedagang-pedagang arab dan Persia (Iran-Irak) yang berlayar menuju Maluku dan Maluku Utara untuk mencari rempah-rempah yang sangat mahal di Eropa itu.

Selanjutnya disinyalir bahwa pedagang-pedagang itu telah menikah dengan perempuan pribumi, berdiam di sana atau meninggal disana. Hamka (1976). Thom Pires mengatakan bahwa Banda, Hitu, Makian, dan bacan sudah ada kehidupan masyarakat sejak 50 tahun sebelum Portugis tiba di Maluku.

Sejalan dengan beberapa sumber diatas, (Tafasoho) makian dalam kontestasi perdagangan apakah merupakan salah satu target sasaran oleh para saudagar Arab juga ataukah tidak, hal ini kemudian menjadi pertanyaan yang harus mampu di jawab, sebagaimana disebutkan bahwa, makian juga termasuk salah satu penghasilan cengkeh terbaik di masa itu, Jurnal penelitian Syahrudin Mansyur, tentang benteng kolonial Eropa di pulau makian & moti 28/09/2015.

Baca halaman selanjutnya...

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...