O’hongana Manyawa dalam Kepungan Industri Ekstraktif

Sebagaimana tradisi masyarakat Tobelo pada umumnya, yang mana setiap kelahiran bayi perempuan dirayakan dengan lima bibit pohon, sedangkan bayi laki-laki ditandai dengan 10 bibit pohon.
Praktik luhur ini tentunya menjadi contoh nyata bagaimana hubungan harmoni antara manusia dan alam (Bobero, 2024). Seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat global dan berbagai wacana-gerakan konservasi lingkungan dewasa ini.
Radios Simanjuntak et al., (2015) dalam penelitiannya bertajuk Etnobotani dalam masyarakat O’Hongana Manyawa di Desa Wangongira, Halmahera Utara (2015) mengungkap bahwa masyarakat O’Hongana Manyawa memanfaatkan 153 spesies dari 54 famili tumbuhan yang dapat dikelompokkan dalam 12 tipe pemanfaatan.
Tipe pemanfaatan yang sebagian besar untuk obat-obatan dan pangan mengindikasikan adanya kemandirian masyarakat O’Hongana Manyawa dalam bidang kesehatan dan pangan.
Besarnya pemanfaatan jumlah spesies tumbuhan yang berasal dari hutan menunjukkan bahwa hutan adalah sumber pengetahuan sekaligus kebijaksanaan lokal bagi O’Hongana Manyawa.
Sejalan dengan hal itu, penelitian Edom, et al., (2019) juga menjelaskan hutan sebagai sumber obat-obatan masyarakat O’Hongana Manyawa yang bermukim di Labi-Labi, Halmahera Timur.
Mereka memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan hutan, seperti akar dan kulit kayu, tali-temali, dan dedaunan tertentu yang diramu menjadi obat-obatan.
Berbagai penyakit yang kerap dialami seperti sakit panas, sakit perut, dan muntah-muntah diobati dengan ramuan yang diolah secara tradisional. Pengetahuan tradisional ini diwariskan lintas generasi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar