“Bulan Soekarno dengan pemikiran sosialisme politik religius”
Harlah ke 79 Pancasila 1 Juni 1945

Nasionalisme melihat ditindasnya bangsa dan negara dijajah oleh bangsa lain ( Agama IsIam) melihat adanya eksploitasi antr sesama manusia dan komunisme ( Marxisme) ditindasnya kelompok masyarakat oleh imperialisme kapitalisme berdasarkan doktrin dan pemikiran dan tenaganya.
Soekarno juga terpengaruh oleh tokoh pemikir IsIam timur Tengah seperti Djamaluddin El Afghani yang dijuluki oleh soekarno Harimau Pan Islamisme yang gagah berani yang tiada hentinya menanam benih-benih keislaman dimana mana menanam rasa perlawanan terhadap imperialisme barat.
Untuk menanam keyakinan bahwa melawan imperialisme barat harus mengambil tekhnik nya kemajuan barat dan mempelajari rahasia rahasia kekuasaan barat, disebutkan dalam DBR( Dibawa bendera Revolusi) sempit budi dan sempit pikiran adalah nasionalis yang memusuhi IsIamisme.
Oleh sebab itu memusuhi suatu azas yang walaupun internasional dan interrasial yang mewajibkan pada segenap pemeluknya yang ada di Indonesia, yang bekerja untuk keperluan Indonesia dan rakyatnya " Adakah keberatan untuk kaum nasionalis sejati bekerja sama dengan kaum Marxis, olehnya itu Marxisme adalah internasional juga.
Nasionalis yang sedang berdekatan dan bekerja sama dengan kaum Marxis' nasionalis yang semacam itu menunjukkan ketidakadilan yang sangat atas pengetahuan tentang perputaran roda politik dunia dan ia lupa asal pergerakan Marxis di Indonesia atau asia itu juga merupakan asal pergerakan mereka".
Ia lupa bahwa arah pergerakan nya sendiri itu acapkali sesuai dengan arah pergerakan bangsa yang Marxis tadi. Ia juga lupa bahwa memusuhi bangsa yang Marxis itu sama artinya dengan menolak kawan sejalan dan menambah adanya musuh. Ia lupa dan tidak mengarti akan arti sikapnya saudara saudara di lain negara Asia nya.
Soekarno berusaha untuk memudahkan IsIam dengan Marxisme agar IsIam lebih berpihak pada sosialisme, karena IsIam adalah dasarnya spiritual dan nyawa bagi persatuan bangsa dan IsIam sebagai Agama yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan juga bangsa atau istilah penulis dalam meminjam kalimat Dr Ali Syariati tokoh Revolusioner Iran.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar