Antara Parang dan Demonstran
Demokrasi Maksuuuddd..!

Saat ini berbagai kajian mengenai politik dan demokrasi di Indonesia mayoritas diwarnai oleh berbagai kajian ilmu politik dan hukum yang berbicara mengenai sistem demokrasi yang terbaik bagi Indonesia, misalnya sistem pemilihan umum langsung serentak, lelang jabatan di institusi pemerintah, revisi UU parpol dan lain sebagainya.
Sedangkan kajian mengenai individu, kelompok dan perilaku masih menjadi materi yang minor untuk diaplikasikan. Padahal, ketika berbicara mengenai kondisi demokrasi, maka kita berbicara mengenai manusia sebagai invidu yang menyelenggarakan demokrasi, kelompok yang berinteraksi serta perilaku yang kompleks.
Maka seharusnya, psikologi sebagai cabang ilmu yang mempelajari manusia secara komprehensif hadir dan memberikan sumbangsihnya. Sumbangsih yang diberikan dapat berupa kajian-kajian empiris mengenai perilaku manusia (individu atau kelompok) dalam berbagai setting politik dan demokrasi.
Demokrasi antara Parang dan Demonstran.
Video viral yang memperlihatkan Bupati Halmahera Utara, Maluku Utara Frans Manery menggunakan parang dan mengejar mahasiswa yang berdemonstrasi di Tobelo, ibu kota Halmahera Utara. Akibatnya para demonstran pun berlarian bahkan sampai ke rumah-rumah warga.
Penulis mengutip dari kompas.com (Antara,1/6/2024), demonstrasi tersebut diikuti oleh sejumlah mahasiwa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan terkait momentum Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Kabupaten Halmahera Utara.
Ketua GMKI Halmahera Utara Rivaldo Djini mengungkapkan, mahasiswa prihatin lantaran pemerintah daerah mengadakan acara hiburan meriah dengan mengundang artis di Lapangan Do'omu Matau, Jumat malam. Padahal, lanjut Rivaldo, gaji honorer tenaga kesehatan, hak PNS berupa TPP selama 1,5 tahun, gaji honorer Satpol PP dan tenaga kebersihan ada yang belum dibayarkan oleh pemerintah daerah.
"Apakah mengundang artis dan mengadakan acara hiburan masuk pada kategori prioritas? Alangkah baiknya anggaran itu dipergunakan membawar utang yang tentu mengutamakan kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat," kata dia, seperti dikutip dari kompas.com (Antara,1/6/2024).
Namun, bupati disebut justru membubarkan para demonstran dengan cara mengejar mereka sambil membawa parang. Sementara Bupati Halmahera Utara Frans Manery mengungkapkan, dirinya sudah menegur para demonstran untuk segera pulang. Namun menurutnya para mahasiswa itu tak menggubris permintaannya dan terus berorasi di agenda pleno KPU.
Frans berdalih tindakannya mengejar demonstran dengan senjata tajam untuk membubarkan mereka itu bukan sebagai kepala daerah lantaran dirinya tak memakai atribut. "Sekali lagi saya katakan, tindakan saya tadi bukan atas nama bupati, tapi atas nama pribadi," katanya._(kompas.com /2024/06/02).
Kepemimpinan Demokrasi.
Pada era demokrasi saat ini, kehadiran seorang pemimpin yang mampu mendengar dan memfasilitasi kerja sama dengan rakyat adalah sebuah keharusan. Begitu juga di Indonesia, negara kepulauan terbesar dengan kekayaan alam yang melimpah. Sebagai negara demokrasi yang berusia belia, kehadiran pemimpin yang demokratis adalah keharusan.
Namun, pengalaman kelam, bahkan traumatis bagi sekelompok masyarakat pada era orde baru seakan menjadi mimpi buruk yang terus membayangi. Pada era orde baru, sangat terasa bahwa fungsi partai politik tidak menjadi sebuah institusi yang menjalankan fungsinya untuk mencetak kader-kader politik yang mumpuni.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar