Stunting Ancam Penduduk Lingkar Tambang 

Stunting Ancam Penduduk Lingkar Tambang.

Namun, untuk penggunaan aplikasi tersebut hanya dikhususkan bagi desa yang jaringannya baik. Sementara desa yang jangkauan jaringannya tidak memadai, pihaknya memanfaatkan formulir (paper base) untuk mendata risiko stunting agar ada pemetaan untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko stunting.

Selain itu, pihaknya juga melakukan pendampingan dan penyuluhan intensif terhadap keluarga berisiko tersebut, supaya dapat menekan jumlah keluarga yang berisiko stunting di masa depan. Jadi ada tim yang ditempatkan di setiap desa untuk memberikan pendampingan terhadap keluarga berisiko stunting. Harapannya, upaya ini dapat meminimalisir risiko stunting tersebut, pungkasnya.

Stunting di Lingkar Tambang

Akhir tahun lalu, Malut Post menyambangi  Halteng. Perjalanan bermula dari Ternate dengan menaiki Kapal Feri menuju ibu kota Sofifi yang memakan waktu sekitar satu jam lebih.

Lalu, berkendara menggunakan sepeda motor menuju Kota Weda Kabupaten Halteng dengan durasi kurang lebih tiga jam. Setelah itu, berlanjut ke Desa Lelilef yang memakan waktu sekitar 40 menit lebih.

Waktu itu, pagi pukul 10.00 WIT. Terik menyengat di sepanjang jalan Desa Lelilef. Permukaan jalannya terdiri dari tanah kering padat dengan kerikil halus. Debu beterbangan seperti kabut. Lalu lintas juga begitu sibuk. Truk besar dan mobil Toyota Hilux putih milik perusahaan tambang berlalu-lalang hampir setiap saat.

Begitu pun kendaraan roda dua yang separuh bodinya menempel becek, terus melintas tanpa jeda. Bahkan, lingkungan perkampungan di Desa Leilef, hampir tak terlihat jalanan aspal. Meski ramai oleh aktivitas, rumah penduduk desa tampak suram.

Setidaknya, ini menjadi pemandangan awal saat menginjakkan kaki di Desa Lelilef, yang berjarak tidak terlalu jauh dari lokasi perusahaan tambang PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang sudah beroperasi sejak 2018 lalu.

Anita Garing (29), salah seorang ibu rumah tangga (IRT) terlihat gerah dan sibuk mengayunkan kipas ketika disambangi Malut Post pukul 11.00 WIT di rumahnya, Dusun Dua Desa Lelilef Sawai, Kamis (16/11) lalu.

Anita menyambut kedatangan kami dengan ramah dan wajah penuh keringat. Karena khawatir dihantam debu yang beterbangan dan angin tak menyejukkan di luar rumah, Anita mengajak masuk ke ruang tamunya. Suasana sunyi menyelimuti ruangan yang redup tersebut.

Tampak empat kursi plastik hijau dibiarkan tak tertata. Di tengahnya terletak sebuah meja tanpa taplak. Ada juga sebuah mobil mainan berwarna kuning yang geletak di lantai. Anita memungut mobil mainan itu, mengusap debunya, dan memegangnya sambil meladeni kami.

Grafis keluarga berisiko stunting.

Mobil mainan tersebut milik balitanya, Octavio Thiago Kore (2). Thiago  begitu dia disapa- menderita stunting atau gangguan pertumbuhan akibat kurang gizi kronis sejak dilahirkan pada 9 Oktober 2021 lalu.

Thiago saat itu baru saja terlelap dengan tontonannya yang masih menyala di gawai milik Anita. Ia tertidur di kamar Anita dengan posisi menghadap langit. Tubuhnya mungil.

Dia (Thiago) baru saja tidur, jadi saya duduk di luar cari-cari angin, ujar istri Herdion Kore (33) ini membuka perbincangan.

Rumah keluarga Anita tidak berada jauh dengan lokasi perusahaan tambang PT IWIP. Dari rumahnya, bisa melihat julang bangunan perusahaan tambang tersebut. Selain itu, karena rumahnya menghadap langsung dengan jalan, tidak sedikit debu menerpa masuk.

Di bagian timur rumah, terdapat sebuah sumur bor tanpa atap yang digunakan keluarga Anita untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, memasak, mencuci, dan sebagainya. Sumur yang letaknya sekitar satu meter lebih dengan jalan, tentu tak sedikit debu dapat terjun ke dalamnya.

Terlebih, cara mengambil air sumur ini menggunakan mesin pompa air. Anita mengaku, air sumur bor yang digunakannya untuk keperluan sehari-hari ini, acap berwarna kuning kecokelatan. Kendati begitu, air dari sumur ini tetap menjadi satu-satunya sumber kehidupan mereka.

"Rata-rata di sini pakai sumur bor. Airnya bakuning (berwarna kuning-red)," ungkap Anita.

Kondisi lingkungan demikian turut menemani Thiago bertumbuh hingga usianya yang kedua tahun lebih ini. Anita mengaku, kehadiran tambang telah menyebabkan perubahan terhadap lingkungan tempatnya tinggal. Terutama debu yang beterbangan setiap waktu.

Baca halaman selanjutnya...

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...