Lahan Tergerus, Kepala BPS: Picu Kemiskinan Baru
Tambang Datang, Petani Menghilang

Dua anak Adam yang memilih kerja di perusahan tambang karena, jadi petani juga tidak ada lagi lahan perkebunan. Belum lagi pendapatan sebagai pekerja tambang menjanjikan. Gajinya Rp5 juta-Rp7 juta per bulan. Ada kepastian pendapatan per bulan membuat anak muda memilih bertahan menjadi pekerja tambang, ketimbang mencari pekerjaan lain.
Sementara pendapatan Adam saat menjadi petani dalam sebulan paling tinggi Rp2 juta. Sedangkan kebutuhan hidup di Halteng rata-rata di atas Rp2 juta dalam sebulan. Artinya, pengeluaran dan pendapatan tidak seimbang.
Banyaknya petani yang beralih ini juga terlihat dalam data yang disampaikan, Aidil Adha, Kepala Badan Pusat Statistik Maluku Utara (BPS Malut). Dia menuturkan jumlah petani di Halteng memang mengalami penurunan. Sedangkan jumlah pekerja di sektor industri pengolahan dan pertambangan justru meningkat.
Jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2018sebanyak 10.798 orang. Masa itu aktivitas industri pengolahan dan pertambangan belum semasif sekarang. Tapi kemudian jumlahnya berkurang menjadi 10.100 orang pada tahun 2023.
Sementara jumlah pekerja industri pengolahan dan pertambangan jumlahnya bertambah dari 4,912 orang (2018) menjadi 7,800 orang (2022) atau bertambah sebanyak 2,888 orang. Ini indikator bahwa ada banyak petani di Halteng yang pindah ke industri pengolahan dan pertambangan.
“Lahan pertanian di Halteng yang tadinya ditanami padi, sekarang sudah beralih ke pembangunan rumah, kosan dan tempat usaha lainnya,” ujar Aidil Adha.
Baca halaman selanjutnya...
Komentar