1. Beranda
  2. Catatan

“Menjaga Layanan di Ujung Kota”

Oleh ,

- Rabu Menyapa di Pulau Batang Dua

Oleh: Alfandi Bambang

(Jurnalis)

Rabu pagi, 26 November 2025, Pulau Batang Dua menyambut kedatangan rombongan kecil dari Pemerintah Kota Ternate. Laut yang tenang dan angin yang lembut seolah ikut menyertai langkah Sekretaris Daerah (Sekda) Ternate, Rizal Marsaoly, yang memimpin langsung pelaksanaan program Rabu Menyapa di kecamatan paling terpencil dan paling jauh dari pusat kota itu.

Bagi masyarakat Batang Dua, kehadiran pimpinan daerah bukan sekadar seremoni; ia adalah pengingat bahwa negara tetap hadir, sekalipun jarak memisahkan.

Dalam suasana pagi yang sederhana, Rizal berdiri di depan para aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat setempat. Wajah-wajah yang hadir menyiratkan rasa bangga dan haru. Mereka merasa diperhatikan.

“Salam hormat disampaikan langsung dari Walikota dan Wakil Walikota Ternate kepada seluruh masyarakat yang hadir,” ucap Rizal, membuka amanat apel dengan penuh kehangatan.

Kalimat itu jelas membawa pesan bahwa kedatangan ini bukan sekadar menjalankan agenda pemerintahan, tetapi juga merawat hubungan batin antara pemerintah dan rakyat.

Hari itu Rizal tidak datang dengan tangan kosong. Atas nama Wali Kota Ternate, ia meresmikan dua rumah ibadah di kecamatan tersebut, sebuah langkah kecil namun memiliki makna besar bagi kehidupan sosial dan spiritual masyarakat.

Dalam konteks daerah seperti Batang Dua, bangunan ibadah bukan hanya tempat rutinitas beribadah, melainkan pusat pertemuan, diskusi, bahkan ruang menguatkan solidaritas warga.

Program Rabu Menyapa sendiri merupakan kebijakan Pemkot Ternate yang digagas untuk memperkuat kedisiplinan ASN sekaligus memastikan pelayanan publik di semua wilayah termasuk yang paling jauh tetap berjalan sesuai standar.

Rizal menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk membuat pemerintah betul-betul hadir, tidak hanya dalam laporan atau angka-angka administratif, tetapi hadir secara fisik, melihat langsung problem di lapangan, dan mendengar suara masyarakat tanpa perantara.

“Saya juga mengikuti perkembangan di sini. Saya berharap semangat Pak Wali dan Pak Wakil dalam mewujudkan Ternate Andalan bisa terwujud,” ujarnya.

Ungkapan itu menggambarkan bahwa pemerintah ingin menjadikan seluruh pelosok kota sebagai bagian dari pembangunan bukan hanya kawasan perkotaan. Ternate Andalan bukan slogan kosong; ia menjadi kompas arah pembangunan yang mesti diwujudkan dalam bentuk pelayanan yang nyata.

Rombongan yang mendampingi Sekda cukup lengkap. Hadir Kepala Bapelibangda Thamrin Marsaoly, Kadinkes Fatiyah Suma, Kabag Prokopim Agus Fian, Kabag Kesra Ichsan, Plt Kadishub Faizal, dan anggota DPRD Tasman Balak.

Kehadiran lintas perangkat daerah ini menggambarkan satu pesan penting: Batang Dua tidak dibiarkan berjalan sendiri.

Dalam dialog bersama petugas Puskesmas, Rizal menaruh perhatian khusus pada layanan kesehatan. Ia menekankan bahwa fasilitas kesehatan di wilayah terpencil memiliki tanggung jawab yang lebih besar. “Puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan yang maksimal.”

Ia memahami betul keterbatasan yang dialami petugas medis di pulau terluar akses yang jauh, mobilitas terbatas, hingga kebutuhan logistik kesehatan yang kadang tidak menentu. Tetapi ia juga meyakini bahwa dengan komitmen yang kuat dan pemantauan rutin, standar pelayanan tetap bisa dijaga.

Rizal kemudian menegaskan bahwa Rabu Menyapa akan terus dilaksanakan secara berkala. Konsistensi adalah kunci keberhasilan program ini. Pemerintah tidak ingin kegiatan ini hanya menjadi seremonial sesaat yang hilang tanpa jejak.

Sebaliknya, Rabu Menyapa harus tumbuh menjadi budaya baru budaya turun ke lapangan, memeriksa pelayanan, dan memastikan masyarakat di seluruh wilayah merasakan perbaikan yang sama. Ia menyampaikan bahwa pemantauan seperti ini penting untuk mengatasi masalah secara cepat.

“Kami ingin memastikan pelayanan publik tetap profesional, cepat, dan tepat sasaran. Jika ada kendala di lapangan, langsung dapat ditangani,” tegasnya.

Dalam konteks birokrasi, ini adalah cara untuk menutup jurang komunikasi antara pembuat kebijakan dan pelaksana di lapangan.

Melihat kondisi di Batang Dua, Rizal memberi apresiasi yang tulus kepada seluruh ASN di kecamatan tersebut. Menjalankan tugas negara di pulau terpencil bukan pekerjaan yang ringan. Keterbatasan infrastruktur, sulitnya transportasi, dan minimnya fasilitas menjadi tantangan harian. Tetapi para ASN di sana tetap menjalankan tugas dengan dedikasi.

Ucapan terima kasih dari Sekda bukan sekadar formalitas—ia adalah pengakuan atas kerja keras yang jarang terlihat di tengah hingar-bingar kota.

Hari itu, perjalanan Rabu Menyapa seolah menjadi jembatan antara pusat pemerintahan dan pelosok daerah. Pesan yang dibawa Rizal sederhana namun kuat: pemerintah hadir untuk mengawal, mendengar, dan memastikan kualitas pelayanan tetap terjaga, di mana pun warganya tinggal.

Batang Dua mungkin jauh di peta, tetapi tidak boleh jauh dari perhatian. Program seperti ini menjadi bukti bahwa komitmen Pemkot Ternate untuk membangun daerah tidak berhenti pada dokumen perencanaan. Ia harus turun dalam bentuk kehadiran nyata, interaksi langsung, dan penanganan masalah yang cepat.

Dengan semangat Ternate Andalan, Rizal dan rombongan pulang membawa catatan, masukan, dan harapan baru yang kelak menjadi bahan evaluasi pemerintah. Namun bagi masyarakat Batang Dua, yang tersisa bukan hanya kegiatan seremonial melainkan perasaan bahwa mereka adalah bagian penting dari kota ini, bahwa suara mereka didengar, dan bahwa pemerintah tidak pernah melupakan mereka.