1. Beranda
  2. Opini

Hutan Patani bukan Tanah Kosong

Oleh ,

Oleh: Sahwi Agil
(Mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Khairun Ternate)

Tanah Patani adalah masa depan. Hutan patani menawarkan kehidupan yang mulia kepada siapa saja yang menghargai denyut alam. Hutan-hutannya terbentang indah, seakan menjadi tembok pelindung bagi jati diri para leluhur.

Di sana, pepohonan menjulang tinggi memeluk angin, menyampaikan pesan para pendahulu, hutan Patani tidak membutuhkan tambang, yang dibutuhkan hanyalah generasi yang tak berhenti menjaga kesinambungan kehidupan.

Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Sabtu, 22 November 2025

Patani bukan tanah kosong. Patani adalah hamparan kehidupan yang sudah sekian lama menyimpan kisah, rahasia, dan jejak langkah leluhur kita. Mereka yang mencintai tanah dengan kesederhanaan paling tulus.

Di dasar tanah itu, keringat para petani meresap seperti doa; setiap tetesannya menjadi benih harapan yang tumbuh diam-diam di balik hijau yang tak pernah lelah menjaga langit.

Namun dunia kini terasa semakin ribut. Perampasan ruang hidup, air sungai tercemar dimana-mana, pembunuhan, dan pemerkosan selalu terjadi dilingkar tambang.

Baca Juga: Perubahan Makna Tradisi Fasugal dalam Perkawinan Masyarakat Halmahera Tengah

Maka “Patani bukan tanah kosong,” begitu suara-suara dari dalam tanah berseru, dari orang-orang yang berani bersuara, dan melawan. Mereka tahu, tambang tak pantas hadir di sana.

Tambang membawah retakan yang tak terlihat, luka yang tak terdengar, namun menghancurkan perlahan akar-akar kehidupan yang telah lama disemai, dijaga, bahkan dirawat dengan hati dan pikiran waras.

Di tubuh bumi itu, bersemayam cinta dan cita para leluhur, cinta para petani, cinta orang-orang yang tumbuh dengan kesetiaan pada tanah. Tetapi jiwa-jiwa mulai menjerit kesakitan. Napas kehidupan terputus satu per satu, seperti garis air yang mengering di sungai yang dulu jernih.

Baca Halaman Selanjutnya..

Baca Juga