Industri Nikel dan Masa Depan Halmahera
Oleh: Roberto Duma Buladja
(Co-Founder Poros Muda untuk Aksi Bersama - POMANARA)
Apakah mungkin orang Halmahera dan Maluku Utara pada umumnya (akan) hidup dari berbagai jenis racun? Asumsi dalam bentuk tanya itu seketika berkecamuk dalam kepala saya, tatkala menonton sebuah berita viral pada pagi dini hari.
Tentang seorang nelayan di Sagea, Halmahera Tengah, yang menemukan kotoran (entah itu parasit atau racun?) dalam tubuh ikan kerapu merah.
Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Kamis, 6 November 2025
Kotoran tersebut tentu bukan barang misterius yang tiba-tiba jatuh dari langit begitu saja. Kabarnya, limbah logam berat dari industri nikel telah sedikit-banyaknya mencemari ekosistem lingkungan sekitar lingkar tambang.
Limbah itu masuk salah satunya melalui air laut dan sungai, lalu diserap oleh organisme kecil, dan kemudian dimakan oleh ikan. Ikan-ikan itu jugalah yang masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil riset dari Nexus3 dan Universitas Tadulako pada 2024 misalnya, dengan sangat jelas menerangkannya.
Bahwa kandungan logam berat berupa merkuri dan arsenik telah melebihi ambang batas. Maka, hal itu beracun. Dan racun-racun itu tidak hanya terpapar pada ikan saja, tetapi juga mengalir dalam darah warga lokal dan pekerja setempat.
Jangan ditanya soal dampaknya terhadap kesehatan tubuh manusia. Coba cek tete google, pasti tersedia jawaban lengkap sederet dampak dan daya rusak yang dihasilkan oleh paparan racun tersebut. Sungguh sadis.
Baca Halaman Selanjutnya..

