Semangat Hari Sumpah Pemuda, Desa Berdaya PLN UIP MPA Desa Mamuya Jadi Lokasi Edukasi Ekologi dan Konservasi Burung Mamoa
Tobelo, malutpost.com - Sebagai wujud nyata komitmen terhadap pelestarian lingkungan sekaligus menanamkan semangat sumpah pemuda, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Maluku dan Papua (UIP MPA) berkolaborasi dengan Program Studi Kehutanan Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa Universitas Halmahera menyelenggarakan kegiatan Edukasi Ekologi dan Konservasi burung Mamoa serta Mangrove untuk Pelajar pada (17/10/2025) di Desa Mamuya.
Kegiatan ini melibatkan guru dan siswa SD Inpres Mamuya sebagai peserta utama, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai konservasi, cinta lingkungan, serta semangat kebersamaan dan kepedulian sosial yang sejalan dengan jiwa sumpah pemuda bahwa generasi muda tidak hanya bersatu membangun bangsa, tetapi juga bertanggung jawab menjaga alam Indonesia.
Kegiatan diawali dengan simulasi pembibitan mangrove, di mana siswa diperkenalkan pada berbagai jenis mangrove, cara membedakan buah mangrove yang sudah berkecambah (propagul), serta teknik penyemaian menggunakan polibag secara interaktif dan menyenangkan. Selanjutnya, peserta mendapat edukasi konservasi burung Gosong Maluku atau Mamoa (Eulipoa wallacei) yang merupakan satwa endemik yang unik karena menetaskan telur tanpa dierami. Acara ditutup dengan pelepasan 20 anakan burung Mamoa di Pantai Wauwo sebagai simbol komitmen bersama menjaga kelestarian hayati daerah.
Ketua panitia kegiatan, Radios Simanjuntak, S.Hut., M.Si, menegaskan bahwa upaya pelestarian burung Mamoa tidak dapat dipisahkan dari perlindungan habitat alaminya. Keseimbangan ekosistem pesisir, termasuk keberadaan hutan mangrove, berperan penting dalam menjaga siklus hidup satwa endemik tersebut.
“Burung Mamoa memiliki perilaku yang sangat khas dan menjadi indikator penting kesehatan ekosistem pesisir. Spesies ini bertelur dengan cara mengubur telurnya di pasir pantai tanpa dierami induknya, dan panas alami pasir menjadi sumber penetasan. Uniknya, burung Mamoa akan selalu kembali ke lokasi yang sama untuk bertelur setiap musim. Karena itu, kerusakan habitat seperti penebangan mangrove atau alih fungsi pantai dapat mengancam keberlangsungan populasinya,” jelas Radios.
Ia menambahkan, konservasi tidak hanya soal menjaga satwa, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan keterhubungan antara manusia dan alam.
“Kegiatan ini bukan sekadar edukasi bagi siswa, tetapi juga ajakan bagi kita semua untuk mengambil bagian dalam menjaga warisan alam Maluku Utara. Menjaga Mamoa berarti menjaga identitas ekologi daerah ini,” tegasnya.
Kepala SD Inpres Mamuya, Alfoni Fera Didide, S.Pd, menyambut positif kegiatan ini sebagai bentuk pembelajaran kontekstual yang nyata bagi siswa.
“Anak-anak belajar langsung dari alam. Mereka tidak hanya mendengar teori, tetapi mengalami sendiri bagaimana proses ekologi bekerja. Kami berharap sekolah kami bisa menjadi model sekolah Adiwiyata, sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan,” ujar Alfoni.
Baca halaman selanjutnya...