Perguruan Tinggi Solusi Pengentasan Kemiskinan di Bumi Gamrange
Oleh: Harun Gafur
(Akademisi dan Aktivis Literasi Teras SAGU)
“Kampus itu sebagai mesin perputaran Uang, bukan hanya pencetak SDM”
Bumi Gamrange adalah sebuah ruang kultural dan geografis yang sarat dengan sejarah, tradisi, sekaligus kekayaan alam yang berlimpah. Laut yang luas, tanah yang subur, dan kekayaan tambang menjadi modal alamiah yang seharusnya mampu menopang kesejahteraan masyarakatnya.
Namun, di balik potensi besar itu, Gamrange masih dihantui oleh persoalan klasik: kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbatasan sumber daya manusia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Maret 2025 persentase penduduk miskin di Maluku Utara masih mencapai 5,81% atau sekitar 77,27 ribu orang, meskipun angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Fakta ini memperlihatkan adanya kemajuan, tetapi sekaligus mengingatkan kita bahwa pekerjaan rumah masih sangat besar.
Kemiskinan bukan sekadar statistik, melainkan realitas sehari-hari yang dihidupi masyarakat: anak-anak yang sulit melanjutkan sekolah, keluarga yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, hingga pemuda yang terjebak dalam lingkaran pengangguran karena minim keterampilan.
Jika dibiarkan, situasi ini bukan hanya menghambat pembangunan, tetapi juga bisa menggerus harapan generasi muda Gamrange untuk bangkit.
Namun, Negeri Gamrange tidak boleh dibaca hanya sebagai potret keterbatasan. Ia adalah tanah harapan, sebuah ruang yang menyimpan peluang besar untuk tumbuh jika dikelola dengan bijak.
Baca Halaman Selanjutnya..
Harapan itu ada pada sumber daya manusianya, khususnya generasi muda yang menempuh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat menjadi katalis yang mengubah potensi menjadi kekuatan nyata, menghubungkan pengetahuan dengan praktik, serta menyalakan jalan keluar dari kemiskinan struktural.
Perguruan Tinggi sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan di Bumi Gamrange
Kemiskinan masih menjadi salah satu persoalan mendasar di banyak wilayah Indonesia, termasuk di Maluku Utara yang lebih khusunya penulis sebut masyarakat Bumi Gamrange.
Sebutan ini tidak hanya menggambarkan identitas geografis dan kultural, tetapi juga realitas sosial yang dihidupi oleh masyarakatnya.
Di balik kekayaan sumber daya alam yang melimpah, terdapat paradoks berupa tingginya angka kemiskinan, terbatasnya lapangan kerja, serta lemahnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan.
Dalam situasi seperti ini, perguruan tinggi hadir bukan hanya sebagai institusi pendidikan, melainkan juga sebagai agen perubahan yang memiliki peran strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Kemiskinan sebagai Masalah Struktural
Kemiskinan di Bumi Gamrange khsusnya masyarakat Halmahera Timur dan Halmahera Tengah tidak bisa dipahami semata-mata sebagai kurangnya pendapatan individu atau keluarga.
Ia adalah masalah struktural yang terkait dengan keterbatasan akses pada sumber daya, lemahnya infrastruktur, ketidakmerataan pembangunan, dan yang paling utama rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Baca Halaman Selanjutnya..