1. Beranda
  2. Opini

Jejak Ksatria dari Maluku Utara

Oleh ,

Oleh: Aton Bagaskara Jafar, S.Pd
(Guru Pendidikan Pancasila di SMA Negeri 6 Halmahera Tengah)

Delapan puluh tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) berdiri adalah delapan puluh tahun sejarah pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan. Sejak kelahirannya pada 5 Oktober 1945, TNI menjadi garda terdepan menjaga kedaulatan, persatuan, dan keselamatan bangsa.

Dalam momentum HUT TNI ke-80, kita diajak untuk tidak hanya mengenang sejarah besar TNI, tetapi juga menundukkan kepala kepada mereka yang telah memberikan segalanya, termasuk sosok sederhana namun penuh makna: Pratu Haris Umaternate, seorang prajurit Yonif Raider Khusus 753 / Arga Vira Tama yang dikenal disiplin, tenang, dan penuh dedikasi.

Kita mungkin tidak mengenal Haris secara pribadi. Kita tidak tahu bagaimana ia bercanda, bagaimana ia menyusun cita-citanya, atau bagaimana ia mengisi hari-harinya di luar dinas. Namun, justru di situlah letak kekuatan kisahnya: pengabdian seorang anak bangsa yang sederhana, yang namanya kini melekat pada kata pahlawan.

Jejak Perjuangan dari Maluku Utara

Maluku Utara memiliki sejarah panjang dalam menyalakan obor perlawanan. Di bumi para raja, semangat menentang penindasan dan mempertahankan martabat bangsa telah berkobar sejak berabad-abad lalu.

Kita mengenal Sultan Babullah, yang digelari “Penguasa 72 Pulau”, berhasil mengusir Portugis dari Ternate dan menjadikan Maluku Utara pusat perlawanan.

Ada pula Sultan Nuku dari Tidore, seorang pemimpin kharismatik yang memimpin perjuangan melawan VOC dan kolonialisme dengan strategi persatuan, diplomasi, dan keberanian di medan tempur.

Kemudian ada Haji Salahuddin dari Halmahera Tengah tokoh yang menjadi bagian dari jejak panjang perjuangan rakyat Maluku Utara melawan penjajahan, yang semangatnya tak pernah luntur meski dihadapkan pada tekanan besar.

Baca Halaman Selanjutnya..

Baca Juga