1. Beranda
  2. Opini

Kritik Terhadap Kerancuan Analogi dan Arogansi

Oleh ,

Oleh: Sahib Munawar, S.Pd.I,. M.Pd
(Akadimisi)

Sebuah anekdot datang dari seorang aktivis dan mahasiswa pascasarjana yang notabenenya sebagai penguat filsafat. Aktivis dan mahasiswa pascasarjana ini mengkritik/memberikan sanggahan atas pernyataan dari seorang praktisi hukum yang menyamakan tindakan seorang pemimpin daerah (Bupati) dan Mukjizat Nabi Isa as yang dapat menghidupkan kembali orang mati dengan kehendak Tuhan.

Menyebut bahwa analogy semacam itu sangatlah serampangan atau secara cacat logika dikarenakan mengaburkan ranah hukum dan Agama yang bersifat transendental dan ini adalah qiyas fasid analogy.

Yang pertama: Kritik  Soal kemukjizatan dan hukum dalam tafsir tematik. Mukjizat Nabi Isa yang mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati itu diinterpretasi secara simbolik dengan metode hermeneutik:

Seperti kebangkitan dari ketidakadilan, kebobrokan sistem yang dimana kekuatan politik dan hukum kekuasaan dapat membawa perubahan dan keadilan di masyarakat.

Penafsiran yang dinamis dan kontekstual memungkinkan teks keagamaan untuk tetap relevan dan memberikan panduan moral dan etika bagi kehidupan bermasyarakat di masa kini.

teks Al-Qur'an bersifat historis dan budaya, sehingga pemahaman akan bergantung pada konteks penafsir dan zaman.

Dalam hal ini, mukjizat dapat dilihat sebagai penanda zamannya atau metafora yang relevan untuk kondisi politik dan hukum saat ini, yang menuntut pembacaan ulang teks untuk menemukan makna dan relevansi baru bagi masa kini.

Baca Halaman Selanjutnya..

Baca Juga